Masih seputar pariwisata di Kota Purwakarta tercinta, sekarang marilah meloncat ke kawasan pariwisata Jatiluhur. Mendengar beberapa pernyataan dan pendapat kenapa kawasan tersebut diberi nama Jatiluhur, saya coba sedikit memberi pendapat yang telah saya himpun dari pendapat dan pernyataan orang-orang tersebut. Nama Jatiluhur diambil dari kata Jati, jati adalah sebuah nama pohon yang banyak terdapat di kawasan tersebut karena dahulu kawasan Jatiluhur adalah hutan yang berada di pinggiran Citarum. Sedangkan luhur' berasal dari bahasa sunda yang artinya tinggi. Jadi, jika di definisikan Jatiluhur adalah tempat tinggi dimana terdapat pohon-pohon yang bernama pohon jati. Mungkin bagi orang Purwakarta jika menyebutkan kawasan ini memang tidak asing lagi. Namun bagi para pelancong..hmmm ya cukup, lumayan dan bisa dikatakan sedikit terkenal * Hehehehe ya sedikitpun lama-lama menjadi bukit* Amin ya Rabb....
Jatiluhur adalah kawasan yang masih bersaudaraan dengan kawasan Cirata-Plered. Sebuah bendungan termegah di Indonesia yang beroperasi sebagai jasa penyalur tenaga listrik (PLTA). Apabila menginginkan informasi lengkap mengenai Jatiliuhur dan sejarahnya silahkan anda mencari di tempat yang Pemerintah Kabupaten Purwakarta sediakan. Majunya tingkat kecerdasan manusia sehingga memunculkan rasa ingin memajukan potensi daerah khususnya kawasan Jatiluhur. Maka, bermunculanlah para pengusaha-pengusaha kepariwisataan yang khusus mengambil keuntungan dari keindahan panorama alam dan danau yang di istilahkan sebagai kawasan rekreasi keluarga.
Mengenai sejarah saya berwawancara langsung dengan salah seorang yang menjadi salah satu saksi sejarah di bangunnya bendungan Jatiluhur/Waduk Jatiluhur * Padahal kakek sendiri, supaya terlihat lebih keren* yaitu Bapak Djadja (71 tahun).
Beliau menceritakan dikala itu bangunan di dirikan oleh orang-orang France sekitar tahun 1954-1967. Dahulunya danau Citarum tidak seluas sekarang, hingga bangunan itu berdiri kokoh sampai sekarang ini. Daerah bendungan itu adalah daerah hutan yang terletak diantara pegunungan-pegunungan yang dikeruk/dibersihkan oleh alat-alat besar. Orang-orang Indonesia yang menjadi mesinnya sedangkan para orang France hanya menjadi mandor. Betapa terlihatnya perbedaan antara orang pintar dan orang yang dibawah rata-rata. Mereka menggunakan dua terowongan untuk membawa air memasuki tempat yang telah dikemas sedemikian rupa untuk menampung air tersebut, dengan membuat tebing penyekat yang menjulang tinggi dimana air tersebut terbendung hanya di daerah yang menjadi target pembuatan bendungan. Sehingga air terkumpul dan menjadi danau sekarang ini. Bendungan yang dikerjakan oleh tenaga bangsa kita tidaklah menjadi sia-sia jika di pandang dari segi manfaatnya sekarang. Buktinya bendungan tersebut bisa mengalirkan listrik hingga se-Jawa-Bali. Segala sesuatu yang di takdirkan oleh Yang Maha Kuasa selalu memberi hikmah dan manfaat termasuk ditakdirkannya orang France membangun sebuah maha karya yang berarsitek tinggi. Di dinding bendungan yang tinggi tersebut tertulis nama Ir. H. Djuanda, beliaulah yang mencetuskan pembuatan Waduk Jatiluhur. Metode France memang sangat mencengangkan karena hutan seluas itu bisa disulap menjadi wadah penampung air Citarum/Waduk Citarum *Hebat andai yang telah menemukan konsep pembangunan waduk adalah orang Indonesia*. Dari hasil bekerja tersebut Bapak Djaja hanya mendapatkan gaji 18 ketip (satuan dari uang seratus perak). Spechless !
Back to pembahasan yaitu kepariwisataannya_walaupun perjalanannya tidak sehebat perjalanan ke Cirata, tetapi daya tarik dari kawasan ini adalah banyaknya fasilitas yang lebih memadai dibawah perusahaan Grama Tirta, seperti fasilitas bungalau, waterboom, hotel-hotel, warung makan yang berjajar rapi beserta tempat parkiran mobil/motor yang lumayan luas dan tempat permainan seperti outbond, kereta api anak-anak/dewasa yang telah disediakan untuk menikmati pemandangan dari ketinggian sambil melihat danau yang indah. Anda bisa melihat langsung banyaknya tambak-tambak terapung berjajar rapi di danau sehingga sayang jika anda tidak menikmati pemandangannya langsung di atas air atau menggunakan perahu. Saya berikan foto-foto beserta keterangannya :
Barusan kita amati jalan-jalan menuju Kawasan Pariwisata Jatiluhur, sekarang saya beri foto-foto di sekitar Kawasan Jatiluhur, okey check ki dot....hehehehe :
Ini adalah Water World/Water Boom yang disediakan oleh Grama Tirta, maaf cuma take dari luar saja karena jikalau masuk mesti bayar karcis hehehe...maklum pengiritan keuangan.."Jadi malu"
Untuk Ibu yang membawa anaknya, fasilitas bermain untuk anak-anak Alhamdulillah ada kemajuan. Biasanya jika libur sekolah banyak keluarga yang berekreasi hampir semua membawa anak kecil *kecuali yang sedang pacaran mungkin (NO UNSUR SYARA'). Sebagai anak muda marilah manfaatkan waktu sebaik-baiknya kalau bisa bawa pacarnya untuk mengerjakan hal-hal positif. Saya percaya Indonesia masih mempunyai muda-mudi bermoral. Kemajuan tidak hanya melalui pemikiran saja namun modal juga sangat berpengaruh. Modal yang saya maksudkan adalah uang, sekarang apapun harus dengan uang itulah yang menghambat kemajuan pariwisata kita. Karena kawasan wisata mesti mempunyai fasilitas yang memadai dan bersih, sehingga para turis ataupun wisatawan tertarik dengan pelayanan yang kita sajikan dimanapun yang mereka inginkan. Sebagai masyarakatpun kita harus ramah dan bersahabat dengan para wisatawan agar timbul kemistri yang kuat yang membuat para wisatawan merasa betah dan tidak diasingkan "Maaf ini cuma pendapat saya saja".
Hmmm... ini contoh kasus lain yaitu corat-coret tembok sembarangan, sayang sekali jika tempat yang ditata rapih namun di nodai oleh kenakalan para remaja.
Mungkin seharusnya cara mereka berseni tersebut harus disalurkan agar tidak mengotori lingkungan dan fasilitas yang telah orang lain bangun.
Setiap apapun tidak ada yang sempurna, hanya Allah azza wa jalla Yang Maha Sempurna.
( Bapak Djaja, 71 thn)
Beliau menceritakan dikala itu bangunan di dirikan oleh orang-orang France sekitar tahun 1954-1967. Dahulunya danau Citarum tidak seluas sekarang, hingga bangunan itu berdiri kokoh sampai sekarang ini. Daerah bendungan itu adalah daerah hutan yang terletak diantara pegunungan-pegunungan yang dikeruk/dibersihkan oleh alat-alat besar. Orang-orang Indonesia yang menjadi mesinnya sedangkan para orang France hanya menjadi mandor. Betapa terlihatnya perbedaan antara orang pintar dan orang yang dibawah rata-rata. Mereka menggunakan dua terowongan untuk membawa air memasuki tempat yang telah dikemas sedemikian rupa untuk menampung air tersebut, dengan membuat tebing penyekat yang menjulang tinggi dimana air tersebut terbendung hanya di daerah yang menjadi target pembuatan bendungan. Sehingga air terkumpul dan menjadi danau sekarang ini. Bendungan yang dikerjakan oleh tenaga bangsa kita tidaklah menjadi sia-sia jika di pandang dari segi manfaatnya sekarang. Buktinya bendungan tersebut bisa mengalirkan listrik hingga se-Jawa-Bali. Segala sesuatu yang di takdirkan oleh Yang Maha Kuasa selalu memberi hikmah dan manfaat termasuk ditakdirkannya orang France membangun sebuah maha karya yang berarsitek tinggi. Di dinding bendungan yang tinggi tersebut tertulis nama Ir. H. Djuanda, beliaulah yang mencetuskan pembuatan Waduk Jatiluhur. Metode France memang sangat mencengangkan karena hutan seluas itu bisa disulap menjadi wadah penampung air Citarum/Waduk Citarum *Hebat andai yang telah menemukan konsep pembangunan waduk adalah orang Indonesia*. Dari hasil bekerja tersebut Bapak Djaja hanya mendapatkan gaji 18 ketip (satuan dari uang seratus perak). Spechless !
Back to pembahasan yaitu kepariwisataannya_walaupun perjalanannya tidak sehebat perjalanan ke Cirata, tetapi daya tarik dari kawasan ini adalah banyaknya fasilitas yang lebih memadai dibawah perusahaan Grama Tirta, seperti fasilitas bungalau, waterboom, hotel-hotel, warung makan yang berjajar rapi beserta tempat parkiran mobil/motor yang lumayan luas dan tempat permainan seperti outbond, kereta api anak-anak/dewasa yang telah disediakan untuk menikmati pemandangan dari ketinggian sambil melihat danau yang indah. Anda bisa melihat langsung banyaknya tambak-tambak terapung berjajar rapi di danau sehingga sayang jika anda tidak menikmati pemandangannya langsung di atas air atau menggunakan perahu. Saya berikan foto-foto beserta keterangannya :
"Maaf cuaca tidak mendukung*hp tak mendukung, alias hp jadul hehehe"
"Nah..ini dia layanan parkir, tapi tidak gratis ya....hari gini mau gratis.."
"Pohon-pohon rindang masih ada loh di kawasan Jatiluhur"
"Waduh foto buram sehingga Parabola Indosat tidak begitu jelas terlihat..."
"Mendung tapi sebenarnya tidak begitu mendung, yang jelas kita take pic itu pake hp jadul"
Barusan kita amati jalan-jalan menuju Kawasan Pariwisata Jatiluhur, sekarang saya beri foto-foto di sekitar Kawasan Jatiluhur, okey check ki dot....hehehehe :
Kawasan dermaga Sayang...seribu sayang......hp juadul......jadi kayak lagi hujan nih....
Ini adalah Water World/Water Boom yang disediakan oleh Grama Tirta, maaf cuma take dari luar saja karena jikalau masuk mesti bayar karcis hehehe...maklum pengiritan keuangan.."Jadi malu"
Walaupun banyak pohon kelapa namun buahnya jangan di ambil, karena tempat-tempat untuk menikmati es kelapa muda tersedia..."jangan malu-maluin hehehehe" sebenarnya di dalam foto ini terlihat tidak ada buahnya, dan memang tidak ada buahnya sama sekali, jadi kata-kata larangan ini di maksudkan jikalau ada buah kelapa, Oke! Ribet banget sich yang take foto tidak Profesional.....
Saya tidak perlu banyak bercerita, tapi saya ungkapkan melalui gambar-gambar tersebut. Semoga pariwisata Jatiluhur terus semakin meningkat dan mampu bersaing dengan kawasan wisata yang lainnya. Tidak perlu jauh-jauh melancong ke tempat lain apalagi ke Luar Negeri. Kita harus bangga dengan alam milik daerah kita sendiri, bersyukurlah pada Allah SWT karena semua itu Maha Karya-Nya yang terindah yang perlu kita manfaatkan tanpa merusaknya. "Ingat Tanpa MERUSAKNYA!!" ehm...ehmmm....begitu semangatnya....Untuk Ibu yang membawa anaknya, fasilitas bermain untuk anak-anak Alhamdulillah ada kemajuan. Biasanya jika libur sekolah banyak keluarga yang berekreasi hampir semua membawa anak kecil *kecuali yang sedang pacaran mungkin (NO UNSUR SYARA'). Sebagai anak muda marilah manfaatkan waktu sebaik-baiknya kalau bisa bawa pacarnya untuk mengerjakan hal-hal positif. Saya percaya Indonesia masih mempunyai muda-mudi bermoral. Kemajuan tidak hanya melalui pemikiran saja namun modal juga sangat berpengaruh. Modal yang saya maksudkan adalah uang, sekarang apapun harus dengan uang itulah yang menghambat kemajuan pariwisata kita. Karena kawasan wisata mesti mempunyai fasilitas yang memadai dan bersih, sehingga para turis ataupun wisatawan tertarik dengan pelayanan yang kita sajikan dimanapun yang mereka inginkan. Sebagai masyarakatpun kita harus ramah dan bersahabat dengan para wisatawan agar timbul kemistri yang kuat yang membuat para wisatawan merasa betah dan tidak diasingkan "Maaf ini cuma pendapat saya saja".
Hmmm... ini contoh kasus lain yaitu corat-coret tembok sembarangan, sayang sekali jika tempat yang ditata rapih namun di nodai oleh kenakalan para remaja.
Mungkin seharusnya cara mereka berseni tersebut harus disalurkan agar tidak mengotori lingkungan dan fasilitas yang telah orang lain bangun.
Setiap apapun tidak ada yang sempurna, hanya Allah azza wa jalla Yang Maha Sempurna.