Bismillaahir Rahmaanir Rahiim...
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...
①. BULU KENING.
‘‘Menurut Bukhari, Rasullulah SAW melaknat perempuan yang mencukur atau menipiskan bulu kening atau meminta supaya dicukurkan bulu kening...!!!’’ (petikan dari Hadits Riwayat Abu Daud Fi Fathil Bari)
②. KAKI DAN SEMACAM HANTU LONCENG.
‘‘Dan janganlah mereka (perempuan) membentakkan kaki (atau mengangkatnya) agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan...!!!’’ (Petikan dari Surah An-Nur Ayat 31)
Keterangan; ‘‘Menampakkan kaki dan menghayunkan atau melenggokkan badan mengikut hentakan kaki terutamanya pada mereka yang mengikatnya dengan loceng, sama juga seperti pelacur dizaman jahiliyah...!!!’’
③. WEWANGIAN.
‘‘Siapa saja wanita yang memakai wangi²an kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap² mata ada zinanya terutamanya hidung yang berserombong...!!!’’ (petikan dari Hadits Riwayat Nasaii, Ibn Khuzaimah dan Hibban)
④. DADA.
‘‘Hendaklah mereka (perempuan) melabuhkan kain tudung hingga menutupi bahagian hadapan dada² mereka...!!!’’ (petikan dari Surah An-Nur Ayat 31)
⑤. GIGI.
‘‘Rasullulah SAW melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikirkan giginya...!!!’’ (petikan dari Hadis Riwayat At-Thabrani)
‘‘Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik, yang merubah ciptaan Allah SWT...!!!’’ (petikan dari Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
⑥. MUKA DAN LEHER.
‘‘Dan tinggallah kamu (perempuan) di rumah kamu dan janganlah kamu menampakkan perhiasan mu seperti orang jahilliah yang dahulu...!!!’’
Keterangan; ‘‘Bersolek (make-up) dan menurut Maqatil sengaja membiarkan ikatan tudung yang menampakkan leher seperti orang Jahilliyah...!!!’’
⑦. PAKAIAN YANG TIPIS (jarang).
‘‘Asma Binti Abu Bakar telah menemui Rasullulah SAW dengan memakai pakaian yang tipis. Sabda Rasullulah SAW; ‘‘Wahai Asma...!!! Sesungguhnya seorang gadis yang telah berhaid tidak boleh baginya menzahirkan anggota badan kecuali pergelangan tangan dan wajah saja...!!!’’ (petikan dari Hadits Riwayat Muslim dan Bukhari)
⑧. TANGAN.
‘‘Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya...!!!’’ (petikan dari Hadits Riwayat At-Tabrani dan Baihaqi)
⑨. MATA.
‘‘Dan katakanlah kepada perempuan mukmin hendaklah mereka menundukkan sebahagian dari pemandangannya...!!!’’ (petikan dari Surah An-Nur Ayat 31)
Sabda Rasulullah SAW; ‘‘Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu hanya boleh pandangan yang pertama sahaja manakala pandangan seterusnya tidak dibenarkan hukumnya haram...!!!’’ (petikan dari Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi)
⑩. MULUT (suara).
‘‘Janganlah perempuan² itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada perasaan serong dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan² yang baik...!!!’’ (petikan dari Surah Al-Ahzab Ayat 32.)
Sabda Rasulullah SAW; ‘‘Sesungguhnya akan ada umat ku yang minum arak yang mereka namakan dengan yang lain, yaitu kepala mereka dilalaikan oleh bunyi²an (muzik) dan penyanyi perempuan, maka Allah akan tenggelamkan mereka itu dalam bumi...!!!’’ (petikan dari Hadits Riwayat Ibn Majah)
⑪. KEMALUAN.
‘‘Dan katakanlah kepada perempuan² mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka...!!!’’ (petikan dari Surah An-Nur Ayat 31)
‘‘Apabila seorang perempuan itu shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya, maka masuklah ia ke dalam Syurga daripada pintu² yang ia kehendakinya...!!!’’ (Hadits Riwayat Riwayat Al-Bazzar)
‘‘Tiada seorang perempuan pun yang membuka pakaiannya bukan di rumah suaminya, melainkan dia telah membinasakan tabir antaranya dengan Allah...!!!’’ (petikan dari Hadits Riwayat Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah)
⑫. PAKAIAN.
‘‘Barangsiapa memakai pakaian yang berlebih² terutama yang menjolok mata, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat nanti...!!!’’ (petikan dari Hadis Riwayat Ahmad, Abu D, An-Nasaii dan Ibn Majah)
(petikan dari Surah Al-Ahzab Ayat 59) Bermaksud; ‘‘Hai nabi² katakanlah kepada istri²mu, anak perempuanmu dan istri² orang mukmin, hendaklah mereka memakai baju jilbab (baju labuh dan longgar) yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali. Lantaran itu mereka tidak diganggu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang. Sesungguhnya sebilangan ahli Neraka ialah perempuan² yang berpakaian tetapi telanjang yang condong pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk Syurga dan tidak akan mencium baunya...!!!’’ (petikan dari Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Keterangan; ‘‘Wanita yang berpakaian tipis atau jarang, ketat atau membentuk dan berbelah atau membuka bahagian² tertentu...!!!’’
⑬. RAMBUT.
‘‘Wahai anakku Fatimah...!!! Adapun perempuan² yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam Neraka adalah mereka itu di dunia tidak mahu menutup rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya...!!!’’ (petikan dari Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Riwayat Imran bin Hushain ra;
‘‘Bahwa Rasulullah SAW bersabda; Sesungguhnya penghuni syurga yang paling sedikit adalah kaum wanita...!!!’’ (Shahih Muslim No. 4921)
Wallahua'lam...
Halaman
♥ Salam Ukhuwah Islamiyah ♥
♥ Salam Ukhuwah Islamiyah ♥♥ Salam Ukhuwah Islamiyah ♥♥ Salam Ukhuwah Islamiyah ♥♥ Salam Ukhuwah Islamiyah ♥
Selasa, 18 Juni 2013
" KEBAHAGIAAN MEMILIKI ISTRI SHALIHAH "
“Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas/ lapang, tetangga yang shalih, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban dalam Al-Mawarid hal. 302, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ush Shahih, 3/57 dan Asy-Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 282)
Bagaimana ciri-ciri wanita shalihah versi Al-Qur'an dan hadits :
Pertama adalah dalil di dalam Al-Qur'an mengenai kewajiban seorang wanita, menutup auratnya, taat kepada aturan Allah swt, tiada membangkang kedua orangtuanya dan apabila telah di nikahi dia senantiasa taat kepada suaminya..
Dan dalil di Al-Hadits, banya sekali keutamaannya seperti..
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan2 dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467)
Coba kita bandingkan wanita yang baik akhlaknya tetapi tidak menutup auratnya, bukankah tiada seimbang bagaikan berjalan mengendarai sepeda tetapi tidak memakai ban satu, mungkin sepeda itu bagus, indah, sesuai dengan selera yang memandangnya hanya bagaimana mungkin dapat berjalan hanya menggunakan satu ban sepeda saja?
Atau pula yang menutup aurat tetapi buruk akhlaknya? Seperti memakai sepeda dengan dua ban yang lengkap mampu berjalan hanya sepeda itu tiada terurus, rapuh dan mudah patah?
Kedua disini tidaklah baik, karena rawan dari kerusakan iman, sehingga wanita shalihah versi pertama yang kami maksudkan adalah yang baik pakaiannya, sesuai dengan syariat dan baik pula akhlaknya.
Inilah sebuah keseimbangan dalam Islam, keseimbangan yang akan melahirkan harmoni yang indah. Semoga Muslimah kita semakin menyadari betapa mulianya mereka yang berada dalam naungan agama Islam. Aamiin...
Bagaimana ciri-ciri wanita shalihah versi Al-Qur'an dan hadits :
Pertama adalah dalil di dalam Al-Qur'an mengenai kewajiban seorang wanita, menutup auratnya, taat kepada aturan Allah swt, tiada membangkang kedua orangtuanya dan apabila telah di nikahi dia senantiasa taat kepada suaminya..
Dan dalil di Al-Hadits, banya sekali keutamaannya seperti..
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan2 dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467)
Coba kita bandingkan wanita yang baik akhlaknya tetapi tidak menutup auratnya, bukankah tiada seimbang bagaikan berjalan mengendarai sepeda tetapi tidak memakai ban satu, mungkin sepeda itu bagus, indah, sesuai dengan selera yang memandangnya hanya bagaimana mungkin dapat berjalan hanya menggunakan satu ban sepeda saja?
Atau pula yang menutup aurat tetapi buruk akhlaknya? Seperti memakai sepeda dengan dua ban yang lengkap mampu berjalan hanya sepeda itu tiada terurus, rapuh dan mudah patah?
Kedua disini tidaklah baik, karena rawan dari kerusakan iman, sehingga wanita shalihah versi pertama yang kami maksudkan adalah yang baik pakaiannya, sesuai dengan syariat dan baik pula akhlaknya.
Inilah sebuah keseimbangan dalam Islam, keseimbangan yang akan melahirkan harmoni yang indah. Semoga Muslimah kita semakin menyadari betapa mulianya mereka yang berada dalam naungan agama Islam. Aamiin...
" KEBAHAGIAAN MEMILIKI ISTRI SHALIHAH "
“Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas/ lapang, tetangga yang shalih, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban dalam Al-Mawarid hal. 302, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ush Shahih, 3/57 dan Asy-Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 282)
Bagaimana ciri-ciri wanita shalihah versi Al-Qur'an dan hadits :
Pertama adalah dalil di dalam Al-Qur'an mengenai kewajiban seorang wanita, menutup auratnya, taat kepada aturan Allah swt, tiada membangkang kedua orangtuanya dan apabila telah di nikahi dia senantiasa taat kepada suaminya..
Dan dalil di Al-Hadits, banya sekali keutamaannya seperti..
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan2 dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467)
Coba kita bandingkan wanita yang baik akhlaknya tetapi tidak menutup auratnya, bukankah tiada seimbang bagaikan berjalan mengendarai sepeda tetapi tidak memakai ban satu, mungkin sepeda itu bagus, indah, sesuai dengan selera yang memandangnya hanya bagaimana mungkin dapat berjalan hanya menggunakan satu ban sepeda saja?
Atau pula yang menutup aurat tetapi buruk akhlaknya? Seperti memakai sepeda dengan dua ban yang lengkap mampu berjalan hanya sepeda itu tiada terurus, rapuh dan mudah patah?
Kedua disini tidaklah baik, karena rawan dari kerusakan iman, sehingga wanita shalihah versi pertama yang kami maksudkan adalah yang baik pakainnya, sesuai dengan syariat dan baik pula akhlaknya.
Inilah sebuah keseimbangan dalam Islam, keseimbangan yang akan melahirkan harmoni yang indah. Semoga Muslimah kita semakin menyadari betapa mulianya mereka yang berada dalam naungan agama Islam. Aamiin...
“Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas/ lapang, tetangga yang shalih, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban dalam Al-Mawarid hal. 302, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ush Shahih, 3/57 dan Asy-Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 282)
Bagaimana ciri-ciri wanita shalihah versi Al-Qur'an dan hadits :
Pertama adalah dalil di dalam Al-Qur'an mengenai kewajiban seorang wanita, menutup auratnya, taat kepada aturan Allah swt, tiada membangkang kedua orangtuanya dan apabila telah di nikahi dia senantiasa taat kepada suaminya..
Dan dalil di Al-Hadits, banya sekali keutamaannya seperti..
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan2 dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467)
Coba kita bandingkan wanita yang baik akhlaknya tetapi tidak menutup auratnya, bukankah tiada seimbang bagaikan berjalan mengendarai sepeda tetapi tidak memakai ban satu, mungkin sepeda itu bagus, indah, sesuai dengan selera yang memandangnya hanya bagaimana mungkin dapat berjalan hanya menggunakan satu ban sepeda saja?
Atau pula yang menutup aurat tetapi buruk akhlaknya? Seperti memakai sepeda dengan dua ban yang lengkap mampu berjalan hanya sepeda itu tiada terurus, rapuh dan mudah patah?
Kedua disini tidaklah baik, karena rawan dari kerusakan iman, sehingga wanita shalihah versi pertama yang kami maksudkan adalah yang baik pakainnya, sesuai dengan syariat dan baik pula akhlaknya.
Inilah sebuah keseimbangan dalam Islam, keseimbangan yang akan melahirkan harmoni yang indah. Semoga Muslimah kita semakin menyadari betapa mulianya mereka yang berada dalam naungan agama Islam. Aamiin...
Kamis, 07 Maret 2013
KISAH RAJA JA'LUT dan RAJA THALUT
Problema
keimanan sering dikaitkan dengan pemikiran dari individu tersebut, dimana
apabila pemikiran individu itu cenderung untuk melanggar maka keimanan pun akan
menurun sedangkan apabila pemikiran individu tersebut cenderung kepada ketaatan
maka keimanan pun akan bertambah. Seperti kisah yang terjadi pada Bani Israil,
kecenderungan kepada pelanggaran membuat mereka terlempar jauh dari kebenaran
dan ajaran agama yang haq. Peristiwa yang di simpan di dalam Al-Quran mengenai
kisah Raja Thalut melawan Raja Ja’lut merupakan bukti akan kebenaran isi
Al-Quran yang terjadi kepada Bani Israil sebagai bentuk teguran bagi umat Islam
agar senantiasa taat kepada Allah SWT. Selain itu, kisah tersebut memotivasi
para pejuang Islam agar tidak ragu dalam melawan kafir yang zalim dimana Allah
SWT akan selalu bersama mukmin dan menolong mereka ketika berperang sampai
mendapatkan kemenganan meskipun Allah SWT mencoba keimanan mereka sehingga
nyatalah mereka sebagai mukmin sejati. Itulah salah satu bukti yang Allah
berikan melalui wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah SAW, dimana sejarah
membuktikan ketika perang badar pun dapat dimenangkan mukmin meskipun mereka
berjumlah sedikit tetapi dengan keteguhan iman yang kuat mukmin mendapatkan
kemenangan dan Islam berjaya serta di segani olem kaum kafir. Kemenangan Mukmin
tidak terlepas dari perjuangan para Nabi dalam menegakkan agama dan tauhid.
Mereka berjuang sehingga Allah memuliakan mereka sebagai salah satu utusanNya.
Kezaliman Bani Israil akan terlihat dari kisah Raja Thalut, bagaimana mereka
terus menantang Allah swt padahal sudah datang bukti yang jelas kepada mereka
seperti kembali nya Tabut kepada mereka sendiri.
Wahb
bin Munabbih berkata : “Dahulu Bani Israil ketika ditinggal oleh Nabi Musa as,
masih mengikuti ajaran beliau. Akan tetapi beberapa masa kemudian mereka
berubah sehingga ada yang kembali menyembah berhala, Allah swt mengutus
beberapa Nabi untuk mengajak mereka kembali kepada tauhid dan ajaran agama
namun mereka saat itu malah semakin menyeleweng terhadap ajaran agama. Sehingga
Allah swt memberi mereka teguran yaitu di kuasakannya seorang Raja zalim yang
bernama Ja’lut atas mereka. Tiada seorang pun yang mampu melawan kekejian yang
dilakukan Raja Ja’lut.
Dahulu mereka mempunyai Kitab Taurat
dan Tabut tetapi karena mereka mengabaikan ajaran kitab tersebut makan Raja
Ja’lut merampas dari tangan mereka. Sedangkan hanya sedikit diantara mereka
yang menghafal isi dari kitab tersebut dan turunan Nabi dari Laawie pun telah
habis kecuali seorang wanita yang hamil yang dibiarkan hidup. Wanita tersebut
melahirkan keturunan laki-laki dan menjadi utusan Allah selanjutnya untuk
berdakwah kepada manusia agar kembali pada Tauhid.
Maka
diangkatlah Thalut sebagai Raja untuk melawan Raja Ja’lut tetapi problematika
keimanan pun terjadi yaitu beberapa tantangan Bani israil kepada Allah dan
utusanNya sehingga sebagian diantara mereka merupakan orang yang merugi karena
tidak taat pada perintah Allah. Hingga bukti kemenangan Thalut pada saat itu
tidak mampu memberi mereka pemahaman akan kebenaran ajaran agama Allah sampai
sekarang, semua bukti yang telah Allah swt berikan didustakan dan diingkari.
Dahulu Bani
Israil ketika ditinggal oleh Nabi Musa a.s. masih masih mengikuti jejak ajaran
Nabi Musa a.s. beberapa masa kemudian mereka berubah sehingga ada yang
menyembah berhala dan selalu timbul (bangkit) seorang Nabi di tengah-tengah
mereka yang tetap menganjurkan makruf dan mencegah dari mungkar, serta
mengembalikan mereka ke tuntunan Taurat, sampai mereka memuncak penyelewengan
mereka terhadap ajaran agama, sehingga Allah menguasakan di atas mereka musuh
Islam yang telah membunuh dan menawan sebagian besar dari mereka anak serta
menjajah negeri mereka, dan tiada seorang yang berusaha memberontak melawan
kekuasaan-kekuasaan raja yang zalim itu melainkan segera ditumpas habis.
Dahulunya
mereka memiliki kitab Taurat dan Tabut, tetapi karena mereka mengabaikan ajaran
Taurat itu akhirnya Taurat dan Tabut itu dirampas oleh raja yang kafir, turunan
Nabi telah habis dari turunan Laawie , kecuali seorang wanita yang sedang hamil
, wanita itu sambil berdo’a semoga Allah memberinya putra yang akan menjadi
seorang Nabi, maka Allah menerima do’anya dan wanita itu beranak lelaki yang
diberi nama Samu’il atau Syam’un. Ketika telah mencapai usianya diturunkan
wahyu kepadanya supaya berdakwah mengajak manusia kembali kepada Tauhid. Mereka
kepadanya supaya diangkat seorang raja yang dapat meminpin untuk perang melawan
raja yang zalim itu.
Dan
berkatalah Nabi, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat untuk kalian Thalut
sebagai raja “. Mereka berkata,”Bagaimana ia menjadi raja diatas kami, padahal
kami lebih berhak daripadanya, dan ia tidak kaya”.
4
Jawab Nabi,”Sesungguhnya Allah telah
memilihnya diatas kalian , dan Allah telah memberinya kelebihan dari kalian
dalam ilmu dan ketangkasan badan. Dan Allah memberikan kerajaan-Nya kepada
siapa yang dikehendaki-Nya , Dan Allah luas pemberiannya lagi mengetahui”.
Demikianlah
contoh tantangan Bani Israil terhadap nabinya, kemudian Allah berfirman bahwa
dia akan memberikan kekuasaan kerajaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Dan
berkatalah Nabi ,” Sesungguhnya tanda bukti kerajaan Thalut itu akan kembalinya
Tabut yang mengandung sakinah ketentraman dari Tuhan dan berisi sisa-sisa
peninggalan keluaraga Musa dan Harun, ia ia dibawa oleh malaikat. Sungguh yang
demikian itu sebagai bukti bagi kalian , jika kamu beriman”.
Sesungguhnya kejadian itu sebagai
bukti kebenaran kenabian dalam apa yang aku jelaskan kepadamu mengenai kerajaan
Thalut . Jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Ayat ini
memberitakan ketika raja Thalut keluar membawa tentaranya sebanyak delapan
puluh ribu. Dan memberitakan bahwa Allah akan menguji dengan sungai diantara
Ardun dan Palestina,
“Maka
ketika Thalut telah membawa tentaranya keluar ,ia berkata,”Sungguh Allah akan mengujimu dengan
sebuah sungai, maka siapa yang minum dari sungai itu bukan golonganku , dan
siapa yang tidak merasakan air itu dari golonganku, kecuali yang hanya menciduk
dengan tangannya satu kali “. Maka minumlah dari singai kecuali sedikit yang
tidak minum dari mereka. Dan ketika melewati tempat itu bersama orang-orang
beriman kepadanya , mereka berkata ,”Kami tidak bertenaga untuk melawan jalut (Guliat)
dan tentaranya sekarang ini “. Maka berkatalah orang yang yakin berhadapan
dengan Allah : Berapa banyak rombongan yg kecil(sedikit) dapat mengalahkan yg
banyak dengan izin Allah. Dan Allah tetap membantu orang yg sabar tabah hati”.
5
Al-bara’ bin
Aazib r.a. berkata,” Kami biasa membicarakan bahwa sahabat Nabi saw. Ketika
perang badar tiga ratus tiga belas sebanyak sahabat yg ikut menyebrangi sungai,
dan tiada menyebran bersamanya kecuali orang mukmin . ( R. Bukhari ). Keadaan kaum yg beriman
menghadapi musuh dari orang kafir tentara jalut yang merupakan bilangan yg jauh
lebih banyak, maka pertama yg harus di ingat oleh orang mukmin ialah : “Rabbana
afrigh alaina shabra, wa tsabbit aqdaa mana wanshurna alal kaumil kaafirin; “Ya
tuhan kami berilah kesabaran dan ketabahan kepada kami , dan tetapkan tepak
kaki kami dalam menghadapi musuh, yakni jangan sampai kami lari ketakutan dan
tolonglah kami , menangkan kami terhadap kaum yg kafir ”. Doa ini harus selalu
menjadi senjata yang ampuh bagi tiap mukmin dalam perjuangan nyam, hanya dengan
ingat kepada Allah itu lah yang dapat mencapai kemenangan dalam perjuangan.
Dalam riwayat I srailiyat : bahwa Nabi Daud telah
membunuh jalut dengan ketefil, yg di lemparkan kepada jalut sehingga terbunuh, dan
Raja Thalut telah berjanji siapa yang dapat membunuh Raja Jalut akan dinikahkan
dengan putrinya dan diberi setengah dari kerajaannya, kemudian setelah Nabi
Daud menduduki kerajaan, Allah swt menambah dengan kenabian. Inilah ayat-ayat
(Allah) kami ceritakan kepadamu sebenarnya, dan engkau termasuk Nabi Utusan
Allah.
“Rasul-Rasul itu telah kami lebihkan
sebagian mereka dari sebagian yang lain, diantara mereka ada yang langsung
berkata-kata dengan Allah, dan mengangkat sebagian mereka beberapa derajat, dan
kami telah memberi kepada isa putra Maryam bukti-bukti (Mukzijat) dan kami
kuatkan ia dengan ruh suci. Dan andaikan Allah berkehendak niscaya tidak akan
berperang orang-orang yang sesudah para Rasul itu setelah mereka menerima
keterangan dan bukti-bukti, tetapi mereka lalu berselisih, maka diantara mereka
ada yang beriman (percaya) dan ada juga yang kafir (ingkar), dan andaikan Allah
berkehendak pasti mereka takkan berperang tetapi Allah berbuat sekehendakNya.”
Kelahiran dan Masa Kecil Imam Bukhari
Kelahiran
dan Masa Kecil Imam Bukhari
Imam
Bukhari (semoga Allah merahmatinya) lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah.
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin
Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju’fiy Al Bukhari, namun beliau lebih dikenal
dengan nama Bukhari. Beliau lahir pada hari Jumat, tepatnya pada tanggal 13
Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Kakeknya bernama Bardizbeh, turunan Persi yang
masih beragama Zoroaster. Tapi orangtuanya, Mughoerah, telah memeluk Islam di
bawah asuhan Al-Yaman el-Ja’fiy. Sebenarnya masa kecil Imam Bukhari penuh
dengan keprihatinan. Di samping menjadi anak yatim, juga tidak dapat melihat
karena buta (tidak lama setelah lahir, beliau kehilangan penglihatannya
tersebut). Ibunya senantiasa berusaha dan berdo’a untuk kesembuhan beliau.
Alhamdulillah, dengan izin dan karunia Allah, menjelang usia 10 tahun matanya
sembuh secara total.
Imam
Bukhari adalah ahli hadits yang termasyhur diantara para ahli hadits sejak dulu
hingga kini bersama dengan Imam Ahmad, Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi,
An-Nasai, dan Ibnu Majah. Bahkan dalam kitab-kitab fiqih dan hadits,
hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan
julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu
Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya.
Tempat
beliau lahir kini termasuk wilayah Rusia, yang waktu itu memang menjadi pusat
kebudayaan ilmu pengetahuan Islam sesudah Madinah, Damaskus dan Bagdad. Daerah
itu pula yang telah melahirkan filosof-filosof besar seperti al-Farabi dan Ibnu
Sina. Bahkan ulama-ulama besar seperti Zamachsari, al-Durdjani, al-Bairuni dan
lain-lain, juga dilahirkan di Asia Tengah. Sekalipun daerah tersebut telah
jatuh di bawah kekuasaan Uni Sovyet (Rusia), namun menurut Alexandre Benningsen
dan Chantal Lemercier Quelquejay dalam bukunya “Islam in the Sivyet Union” (New
York, 1967), pemeluk Islamnya masih berjumlah 30 milliun. Jadi merupakan daerah
yang pemeluk Islam-nya nomor lima besarnya di dunia setelah Indonesia,
Pakistan, India dan Cina.
Keluarga
dan Guru Imam Bukhari
Bukhari
dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab As-Siqat, Ibnu
Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara’ dalam arti
berhati-hati terhadap hal-hal yang hukumnya bersifat syubhat (ragu-ragu),
terlebih lebih terhadap hal-hal yang sifatnya haram. Ayahnya adalah seorang
ulama bermadzhab Maliki dan merupakan mudir dari Imam Malik, seorang ulama
besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil.
Perhatiannya
kepada ilmu hadits yang sulit dan rumit itu sudah tumbuh sejak usia 10 tahun,
hingga dalam usia 16 tahun beliau sudah hafal dan menguasai buku-buku seperti
“al-Mubarak” dan “al-Waki”. Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli
hadits yang masyhur di Bukhara. Pada usia 16 tahun bersama keluarganya, ia
mengunjungi kota suci Mekkah dan Madinah, dimana di kedua kota suci itu beliau
mengikuti kuliah para guru-guru besar ahli hadits. Pada usia 18 tahun beliau
menerbitkan kitab pertamanya “Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien”
(Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’ien).
Bersama
gurunya Syekh Ishaq, beliau menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab,
dimana dari satu juta hadits yang diriwayatkan oleh 80.000 perawi disaring lagi
menjadi 7275 hadits. Diantara guru-guru beliau dalam memperoleh hadits dan ilmu
hadits antara lain adalah Ali bin Al Madini, Ahmad bin Hanbali, Yahya bin
Ma’in, Muhammad bin Yusuf Al Faryabi, Maki bin Ibrahim Al Bakhi, Muhammad bin
Yusuf al Baykandi dan Ibnu Rahwahih. Selain itu ada 289 ahli hadits yang
haditsnya dikutip dalam kitab Shahih-nya.
Kejeniusan
Imam Bukhari
Bukhari
diakui memiliki daya hapal tinggi, yang diakui oleh kakaknya Rasyid bin Ismail.
Kakak sang Imam ini menuturkan, pernah Bukhari muda dan beberapa murid lainnya
mengikuti kuliah dan ceramah cendekiawan Balkh. Tidak seperti murid lainnya,
Bukhari tidak pernah membuat catatan kuliah. Ia sering dicela membuang waktu
karena tidak mencatat, namun Bukhari diam tak menjawab. Suatu hari, karena
merasa kesal terhadap celaan itu, Bukhari meminta kawan-kawannya membawa
catatan mereka, kemudian beliau membacakan secara tepat apa yang pernah
disampaikan selama dalam kuliah dan ceramah tersebut. Tercenganglah mereka
semua, lantaran Bukhari ternyata hafal di luar kepala 15.000 hadits, lengkap
dengan keterangan yang tidak sempat mereka catat.
Ketika
sedang berada di Bagdad, Imam Bukhari pernah didatangi oleh 10 orang ahli
hadits yang ingin menguji ketinggian ilmu beliau. Dalam pertemuan itu, 10 ulama
tersebut mengajukan 100 buah hadits yang sengaja “diputar-balikkan” untuk
menguji hafalan Imam Bukhari. Ternyata hasilnya mengagumkan. Imam Bukhari
mengulang kembali secara tepat masing-masing hadits yang salah tersebut, lalu
mengoreksi kesalahannya, kemudian membacakan hadits yang benarnya. Ia
menyebutkan seluruh hadits yang salah tersebut di luar kepala, secara urut,
sesuai dengan urutan penanya dan urutan hadits yang ditanyakan, kemudian membetulkannya.
Inilah yang sangat luar biasa dari sang Imam, karena beliau mampu menghafal
hanya dalam waktu satu kali dengar.
Selain
terkenal sebagai seorang ahli hadits, Imam Bukhari ternyata tidak melupakan
kegiatan lain, yakni olahraga. Ia misalnya sering belajar memanah sampai mahir,
sehingga dikatakan sepanjang hidupnya, sang Imam tidak pernah luput dalam
memanah kecuali hanya dua kali. Keadaan itu timbul sebagai pengamalan sunnah
Rasul yang mendorong dan menganjurkan kaum Muslimin belajar menggunakan anak
panah dan alat-alat perang lainnya.
Karya-karya
Imam Bukhari
Karyanya
yang pertama berjudul “Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien” (Peristiwa-peristiwa
Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’ien). Kitab ini ditulisnya ketika masih berusia
18 tahun. Ketika menginjak usia 22 tahun, Imam Bukhari menunaikan ibadah haji
ke Tanah Suci bersama-sama dengan ibu dan kakaknya yang bernama Ahmad. Di
sanalah beliau menulis kitab “At-Tarikh” (sejarah) yang terkenal itu. Beliau
pernah berkata, “Saya menulis buku “At-Tarikh” di atas makam Nabi Muhammad SAW
di waktu malam bulan purnama”.
Karya
Imam Bukhari lainnya antara lain adalah kitab Al-Jami’ ash Shahih, Al-Adab al
Mufrad, At Tharikh as Shaghir, At Tarikh Al Awsat, At Tarikh al Kabir, At
Tafsir Al Kabir, Al Musnad al Kabir, Kitab al ‘Ilal, Raf’ul Yadain fis Salah,
Birrul Walidain, Kitab Ad Du’afa, Asami As Sahabah dan Al Hibah. Diantara semua
karyanya tersebut, yang paling monumental adalah kitab Al-Jami’ as-Shahih yang
lebih dikenal dengan nama Shahih Bukhari.
Dalam
sebuah riwayat diceritakan, Imam Bukhari berkata: “Aku bermimpi melihat
Rasulullah saw., seolah-olah aku berdiri di hadapannya, sambil memegang kipas
yang kupergunakan untuk menjaganya. Kemudian aku tanyakan mimpi itu kepada
sebagian ahli ta’bir, ia menjelaskan bahwa aku akan menghancurkan dan mengikis
habis kebohongan dari hadits-hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain,
yang mendorongku untuk melahirkan kitab Al-Jami’ As-Sahih.”
Dalam
menghimpun hadits-hadits shahih dalam kitabnya tersebut, Imam Bukhari menggunakan
kaidah-kaidah penelitian secara ilmiah dan sah yang menyebabkan keshahihan
hadits-haditsnya dapat dipertanggungjawabkan. Ia berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk meneliti dan menyelidiki keadaan para perawi, serta
memperoleh secara pasti kesahihan hadits-hadits yang diriwayatkannya.
Imam
Bukhari senantiasa membandingkan hadits-hadits yang diriwayatkan, satu dengan
lainnya, menyaringnya dan memilih mana yang menurutnya paling shahih. Sehingga
kitabnya merupakan batu uji dan penyaring bagi hadits-hadits tersebut. Hal ini
tercermin dari perkataannya: “Aku susun kitab Al Jami’ ini yang dipilih dari
600.000 hadits selama 16 tahun.”
Banyak
para ahli hadits yang berguru kepadanya, diantaranya adalah Syekh Abu Zahrah,
Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibn Nasr dan Imam Muslim bin Al Hajjaj (pengarang
kitab Shahih Muslim). Imam Muslim menceritakan : “Ketika Muhammad bin Ismail
(Imam Bukhari) datang ke Naisabur, aku tidak pernah melihat seorang kepala
daerah, para ulama dan penduduk Naisabur yang memberikan sambutan seperti apa
yang mereka berikan kepadanya.” Mereka menyambut kedatangannya dari luar kota
sejauh dua atau tiga marhalah (100 km), sampai-sampai Muhammad bin Yahya Az
Zihli (guru Imam Bukhari) berkata : “Barang siapa hendak menyambut kedatangan
Muhammad bin Ismail besok pagi, lakukanlah, sebab aku sendiri akan ikut
menyambutnya.”
Penelitian
Hadits
Untuk
mengumpulkan dan menyeleksi hadits shahih, Bukhari menghabiskan waktu selama 16
tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para perawi hadits, mengumpulkan
dan menyeleksi haditsnya. Diantara kota-kota yang disinggahinya antara lain
Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baghdad sampai ke Asia Barat.
Di Baghdad, Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan ulama besar Imam Ahmad
bin Hanbali. Dari sejumlah kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari
merekalah beliau mengumpulkan dan menghafal satu juta hadits.
Namun
tidak semua hadits yang ia hapal kemudian diriwayatkan, melainkan terlebih
dahulu diseleksi dengan seleksi yang sangat ketat, diantaranya apakah sanad
(riwayat) dari hadits tersebut bersambung dan apakah perawi (periwayat /
pembawa) hadits itu terpercaya dan tsiqqah (kuat). Menurut Ibnu Hajar Al
Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis dalam karya monumentalnya
Al Jami’ as-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari.
Dalam
meneliti dan menyeleksi hadits dan diskusi dengan para perawi tersebut, Imam
Bukhari sangat sopan. Kritik-kritik yang ia lontarkan kepada para perawi juga
cukup halus namun tajam. Kepada para perawi yang sudah jelas kebohongannya ia
berkata, “perlu dipertimbangkan, para ulama meninggalkannya atau para ulama
berdiam dari hal itu” sementara kepada para perawi yang haditsnya tidak jelas
ia menyatakan “Haditsnya diingkari”. Bahkan banyak meninggalkan perawi yang
diragukan kejujurannya. Beliau berkata “Saya meninggalkan 10.000 hadits yang
diriwayatkan oleh perawi yang perlu dipertimbangkan dan meninggalkan
hadits-hadits dengan jumlah yang sama atau lebih, yang diriwayatan oleh perawi
yang dalam pandanganku perlu dipertimbangkan”.
Banyak
para ulama atau perawi yang ditemui sehingga Bukhari banyak mencatat jati diri
dan sikap mereka secara teliti dan akurat. Untuk mendapatkan keterangan yang
lengkap mengenai sebuah hadits, mencek keakuratan sebuah hadits ia berkali-kali
mendatangi ulama atau perawi meskipun berada di kota-kota atau negeri yang jauh
seperti Baghdad, Kufah, Mesir, Syam, Hijaz seperti yang dikatakan beliau “Saya
telah mengunjungi Syam, Mesir dan Jazirah masing-masing dua kali, ke Basrah empat
kali menetap di Hijaz selama enam tahun dan tidak dapat dihitung berapa kali
saya mengunjungi Kufah dan Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadits.”
Disela-sela
kesibukannya sebagai sebagai ulama, pakar hadits, ia juga dikenal sebagai ulama
dan ahli fiqih, bahkan tidak lupa dengan kegiatan kegiatan olahraga dan
rekreatif seperti belajar memanah sampai mahir, bahkan menurut suatu riwayat,
Imam Bukhari tidak pernah luput memanah kecuali dua kali.
Metode
Imam Bukhari dalam Menulis Kitab Hadits
Sebagai
intelektual muslim yang berdisiplin tinggi, Imam Bukhari dikenal sebagai
pengarang kitab yang produktif. Karya-karyanya tidak hanya dalam disiplin ilmu
hadits, tapi juga ilmu-ilmu lain, seperti tafsir, fikih, dan tarikh.
Fatwa-fatwanya selalu menjadi pegangan umat sehingga ia menduduki derajat
sebagai mujtahid mustaqil (ulama yang ijtihadnya independen), tidak terikat
pada mazhab tertentu, sehingga mempunyai otoritas tersendiri dalam berpendapat
dalam hal hukum.
Pendapat-pendapatnya
terkadang sejalan dengan Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi, pendiri mazhab Hanafi),
tetapi terkadang bisa berbeda dengan beliau. Sebagai pemikir bebas yang
menguasai ribuan hadits shahih, suatu saat beliau bisa sejalan dengan Ibnu
Abbas, Atha ataupun Mujahid dan bisa juga berbeda pendapat dengan mereka.
Diantara
puluhan kitabnya, yang paling masyhur ialah kumpulan hadits shahih yang
berjudul Al-Jami’ as-Shahih, yang belakangan lebih populer dengan sebutan
Shahih Bukhari. Ada kisah unik tentang penyusunan kitab ini. Suatu malam Imam
Bukhari bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw., seolah-olah Nabi Muhammad
saw. berdiri dihadapannya. Imam Bukhari lalu menanyakan makna mimpi itu kepada
ahli mimpi. Jawabannya adalah beliau (Imam Bukhari) akan menghancurkan dan
mengikis habis kebohongan yang disertakan orang dalam sejumlah hadits
Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain yang mendorong beliau untuk menulis
kitab “Al-Jami ‘as-Shahih”.
Dalam
menyusun kitab tersebut, Imam Bukhari sangat berhati-hati. Menurut Al-Firbari,
salah seorang muridnya, ia mendengar Imam Bukhari berkata. “Saya susun kitab
Al-Jami’ as-Shahih ini di Masjidil Haram, Mekkah dan saya tidak mencantumkan
sebuah hadits pun kecuali sesudah shalat istikharah dua rakaat memohon
pertolongan kepada Allah, dan sesudah meyakini betul bahwa hadits itu
benar-benar shahih”. Di Masjidil Haram-lah ia menyusun dasar pemikiran dan
bab-babnya secara sistematis.
Setelah
itu ia menulis mukaddimah dan pokok pokok bahasannya di Rawdah Al-Jannah,
sebuah tempat antara makam Rasulullah dan mimbar di Masjid Nabawi di Madinah.
Barulah setelah itu ia mengumpulkan sejumlah hadits dan menempatkannya dalam
bab-bab yang sesuai. Proses penyusunan kitab ini dilakukan di dua kota suci
tersebut dengan cermat dan tekun selama 16 tahun. Ia menggunakan kaidah penelitian
secara ilmiah dan cukup modern sehingga hadits haditsnya dapat
dipertanggung-jawabkan.
Dengan
bersungguh-sungguh ia meneliti dan menyelidiki kredibilitas para perawi
sehingga benar-benar memperoleh kepastian akan keshahihan hadits yang
diriwayatkan. Ia juga selalu membandingkan hadits satu dengan yang lainnya,
memilih dan menyaring, mana yang menurut pertimbangannya secara nalar paling
shahih. Dengan demikian, kitab hadits susunan Imam Bukhari benar-benar menjadi
batu uji dan penyaring bagi sejumlah hadits lainnya. “Saya tidak memuat sebuah
hadits pun dalam kitab ini kecuali hadits-hadits shahih”, katanya suatu saat.
Di
belakang hari, para ulama hadits menyatakan, dalam menyusun kitab Al-Jami’
as-Shahih, Imam Bukhari selalu berpegang teguh pada tingkat keshahihan paling
tinggi dan tidak akan turun dari tingkat tersebut, kecuali terhadap beberapa
hadits yang bukan merupakan materi pokok dari sebuah bab.
Menurut
Ibnu Shalah, dalam kitab Muqaddimah, kitab Shahih Bukhari itu memuat 7275
hadits. Selain itu ada hadits-hadits yang dimuat secara berulang, dan ada 4000
hadits yang dimuat secara utuh tanpa pengulangan. Penghitungan itu juga
dilakukan oleh Syekh Muhyiddin An Nawawi dalam kitab At-Taqrib. Dalam hal itu,
Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam kata pendahuluannya untuk kitab Fathul Bari
(yakni syarah atau penjelasan atas kitab Shahih Bukhari) menulis, semua hadits
shahih yang dimuat dalam Shahih Bukhari (setelah dikurangi dengan hadits yang
dimuat secara berulang) sebanyak 2.602 buah. Sedangkan hadits yang mu’allaq
(ada kaitan satu dengan yang lain, bersambung) namun marfu (diragukan) ada 159
buah. Adapun jumlah semua hadits shahih termasuk yang dimuat berulang sebanyak
7397 buah. Perhitungan berbeda diantara para ahli hadits tersebut dalam
mengomentari kitab Shahih Bukhari semata-mata karena perbedaan pandangan mereka
dalam ilmu hadits.
Terjadinya
Fitnah
Muhammad
bin Yahya Az-Zihli berpesan kepada para penduduk agar menghadiri dan mengikuti
pengajian yang diberikannya. Ia berkata: “Pergilah kalian kepada orang alim dan
saleh itu, ikuti dan dengarkan pengajiannya.” Namun tak lama kemudian ia
mendapat fitnah dari orang-orang yang dengki. Mereka menuduh sang Imam sebagai
orang yang berpendapat bahwa “Al-Qur’an adalah makhluk”.
Hal
inilah yang menimbulkan kebencian dan kemarahan gurunya, Az-Zihli kepadanya.
Kata Az-Zihli : “Barang siapa berpendapat bahwa lafadz-lafadz Al-Qur’an adalah
makhluk, maka ia adalah ahli bid’ah. Ia tidak boleh diajak bicara dan
majelisnya tidak boleh didatangi. Dan barang siapa masih mengunjungi
majelisnya, curigailah dia.” Setelah adanya ultimatum tersebut, orang-orang
mulai menjauhinya.
Sebenarnya,
Imam Bukhari terlepas dari fitnah yang dituduhkan kepadanya itu. Diceritakan,
seseorang berdiri dan mengajukan pertanyaan kepadanya: “Bagaimana pendapat Anda
tentang lafadz-lafadz Al-Qur’an, makhluk ataukah bukan?” Bukhari berpaling dari
orang itu dan tidak mau menjawab kendati pertanyaan itu diajukan sampai tiga
kali.
Tetapi
orang itu terus mendesak. Ia pun menjawab: “Al-Qur’an adalah kalam Allah, bukan
makhluk, sedangkan perbuatan manusia adalah makhluk dan fitnah merupakan
bid’ah.” Pendapat yang dikemukakan Imam Bukhari ini, yakni dengan membedakan
antara yang dibaca dengan bacaan, adalah pendapat yang menjadi pegangan para
ulama ahli tahqiq (pengambil kebijakan) dan ulama salaf. Tetapi dengki dan iri
adalah buta dan tuli. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Bukhari pernah
berkata : “Iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa
berkurang. Al-Quran adalah kalam Allah, bukan makhluk. Sahabat Rasulullah SAW,
yang paling utama adalah Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Dengan berpegang pada
keimanan inilah aku hidup, aku mati dan dibangkitkan di akhirat kelak, insya
Allah.” Di lain kesempatan, ia berkata: “Barang siapa menuduhku berpendapat
bahwa lafadz-lafadz Al-Qur’an adalah makhluk, ia adalah pendusta.”
Wafatnya
Imam Bukhari
Suatu
ketika penduduk Samarkand mengirim surat kepada Imam Bukhari. Isinya, meminta
dirinya agar menetap di negeri itu (Samarkand). Ia pun pergi memenuhi permohonan
mereka. Ketika perjalanannya sampai di Khartand, sebuah desa kecil terletak dua
farsakh (sekitar 10 Km) sebelum Samarkand, ia singgah terlebih dahulu untuk
mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh sakit selama beberapa
hari. Dan Akhirnya meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam
Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat
Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Sebelum meninggal dunia, ia berpesan bahwa
jika meninggal nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai kain, tanpa baju dalam
dan tidak memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat
setempat. Beliau meninggal tanpa meninggalkan seorang anakpun.
Mengenal Ayat Makiyah dan Madaniyah dalam Al-Qur’an
Mengenal Ayat Makiyah dan Madaniyah dalam Al-Qur’an
Ditulis oleh Pengelola di/pada 27 Juni, 2008
Oleh : Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Al-Qur’an turun kepada Nabi Shallallahu ‘alayhi wasallam secara
berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun dan sebagian besar diterima oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam di Mekkah. ALLAH Ta’ala berfirman :
“Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar
kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian
demi bagian.” (Al-Qur’an surat Al-Israa’:106)
Oleh karena itu para ‘ulama rahimahullah membagi Al-Qur’an menjadi
dua , yaitu :
- Al-Makiyah, yaitu ayat yang diturunkan kepada Nabi Shallallahu
‘alayhi wasallam sebelum hijrah ke Madinah.
- Al-Madaniyah, yaitu ayat yang diturunkan kepada Nabi Shallallahu
‘alayhi wasallam setelah hijrah ke Madinah.
Berdasarkan hal tersebut maka firman ALLAH Ta’ala :
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama
bagimu. “ (Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat : 3), termasuk ayat Madaniyah
walaupun turun kepada Nabi Shallallahu ‘alayhi wasallam pada haji wada’ di
Arafah.
Disebutkan dalam shahih Al-Bukhari dari ‘Umar bin Khaththab
radhiyallahu ta’ala ‘anhu bahwa dia berkata : Sungguh kami mengetahui hari dan
tempat turunnya ayat tersebut kepada Nabi Shallallahu ‘alayhi wasallam, yaitu
saat Beliau Shallallahu ‘alayhi wasallam berada di Arafah pada hari Jum’at.
:: Perbedaan Surat Makiyah dan Madaniyah dari Sisi Konteks Kalimat
dan Tema ::
- Perbedaan dari segi konteks kalimat :
1. Sebagian besar surat Makiyah mempunyai cara penyampaian yang
keras dalam konteks pembicaraan karena ditujukan kepada orang-orang yang
mayoritas adalah pembangkang lagi sombong dan hal tersebut sangat pantas bagi
mereka. Bacalah surat Al- Mudatsir dan Al-Qamar. Sedangkan sebagian besar surat
Madaniyah mempunyai cara penyampaian lembut dalam konteks pembicaraan karena
ditujukan kepada orang-orang yang mayoritas menerima dakwah. Bacalah surat
Al-Maidah !.
2. Sebagian besar surat Makiyah pendek dan di dalamnya banyak
terjadi perdebatan (antara para Rasul dengan kaumnya), karena kebanyakan
ditujukan kepada orang-orang yang memusuhi dan menentang, sehingga konteks
kalimat yang digunakan disesuaikan dengan keadaan mereka. Baca surat At-Thur !,
adapun surat Madaniyah kebanyakan panjang dan berisi tentang hukum-hukum tanpa
ada perdebatan karena keadaan mereka yang menerima dakwah. Baca ayat dain (ayat
tentang hutang) pada surat Al-Baqarah ayat 282.
- Perbedaan dari segi tema :
Sebagian besar surat Makiyah bertemakan pengokohan tauhid dan
akidah yang benar, khususnya berkaitan dengan tauhid uluhiyah dan penetapan
iman kepada Hari Kebangkitan karena kebanyakan yang diajak bicara mengingkari
hal itu. Sedangkan sebagian besar surat Madaniyah berisi perincian
ibadah-ibadah dan mu’ammalah karena keadaan manusia waktu itu jiwanya telah
kokoh dengan tauhid dan akidah yang benar, sehingga membutuhkan perincian
tentang berbagai ibadah dan mu’ammalah.
Dalam ayat Madaniyah banyak disebutkan tentang jihad,
hukum-hukumnya dan keadaan orang munafik karena keadaan yang menuntut demikian
dimana pada masa tersebut telah disyari’atkan jihad dan mulai bermunculan
orang-orang munafik, berbeda dengan isi surat Makiyah.
:: Beberapa Faedah Mengetahui Surat Madaniyah dan Makiyah ::
Mengetahui surat Madaniyah dan Makiyah merupakan salah satu bidang
ilmu Al-Qur’an yang penting karena di dalamnya terdapat beberapa manfaat,
diantaranya :
- Bukti ketinggian bahasa Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an ALLAH
Ta’ala mengajak bicara setiap kaum sesuai keadaan mereka baik dengan
penyampaian yang keras maupun lembut.
- Tampaknya hikmah pembuatan syariat ini. Hal tersebut sangat nyata
dimana Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur dan bertahap sesuai keadaan umat
pada masa itu dan kesiapan mereka di dalam menerima dan melaksanakan syari’at
yang diturunkan.
- Pendidikan terhadap para da’i di jalan ALLAH azza wa jalla dan
pengarahan bagi mereka agar mengikuti metode Al-Quran dalam tata cara
penyampaian dan pemilihan tema yakni memulai dari perkara yang paling penting
serta menggunakan kekerasan dan kelembutan sesuai tempatnya.
- Pembeda antara nasikh (hukum yang menghapus) dengan mansukh
(hukum yang dihapus). Seandainya terdapat dua ayat yaitu Madaniyah dan Makiyah
yang keduanya memenuhi syarat-syarat nasikh (penghapusan) maka ayat Madaniyah
tersebut menjadi nasikh (hukum yang menghapus) bagi ayat Makiyah karena ayat
Madaniyah datang belakangan setelah ayat Makiyah.
=====================
Dinukil dari buku Bagaimana Kita Memahami Al-Qur’an, Karya
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin & Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil
Zainu. Penerjemah : Muhammad Qawwam, LC, Abu Luqman. Penerbit Cahaya Tauhid
Press, Malang. Cet. Ke-1, Februari 2006. Hal. 33-36. untuk blog
http://najiyah1400h.co.nr
Senin, 28 Januari 2013
_ ILMUAN FISIKA PROF. DIMITRI BOLYKOV MEMBUKTIKAN KEBENARAN MATAHARI TERBIT DARI BARAT KEMUDIAN MEMUTUSKAN UNTUK MASUK ISLAM _
_ ILMUAN FISIKA PROF. DIMITRI BOLYKOV MEMBUKTIKAN KEBENARAN MATAHARI TERBIT DARI BARAT KEMUDIAN MEMUTUSKAN UNTUK MASUK ISLAM _
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لا تقوم الساعة حتى تطلع الشمس من مغربها، فإذا طلعت، فرآها الناس؛ آمنوا أجمعون، فذاك حين لا ينفع نفسًا إيمانُها لم تكن آمنت من قبل أو كسبت في إيمانها خيرًا
“Tidaklah tegak hari kiamat hingga matahari terbit dari arah barat. Apabila ia telah terbit (dari arah barat) dan manusia melihatnya, maka berimanlah mereka semua. Pada hari itu tidaklah bermanfaat keimanan seseorang yang tidak beriman sebelum hari itu atau belum mengusahakan kebaikan di masa imannya”.
Takbir ! Allahu Akbar...
Berapa lagi ilmuan dan science dapat membuktikan kebenaran Islam 1400 tahun yang lalu setelah terbuktinya fenomena BIGBANG.
Demitri Bolykov, seorang ahli fisika yang sangat menggandrungi kajian serta riset-riset ilmiah, mengatakan bahwa pintu masuk ke Islamannya adalah fisika.
Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya” (QS. Al-An’am : 158).
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لا تقوم الساعة حتى تطلع الشمس من مغربها، فإذا طلعت، فرآها الناس؛ آمنوا أجمعون، فذاك حين لا ينفع نفسًا إيمانُها لم تكن آمنت من قبل أو كسبت في إيمانها خيرًا
“Tidaklah tegak hari kiamat hingga matahari terbit dari arah barat. Apabila ia telah terbit (dari arah barat) dan manusia melihatnya, maka berimanlah mereka semua. Pada hari itu tidaklah bermanfaat keimanan seseorang yang tidak beriman sebelum hari itu atau belum mengusahakan kebaikan di masa imannya”.
Takbir ! Allahu Akbar...
Berapa lagi ilmuan dan science dapat membuktikan kebenaran Islam 1400 tahun yang lalu setelah terbuktinya fenomena BIGBANG.
Demitri Bolykov, seorang ahli fisika yang sangat menggandrungi kajian serta riset-riset ilmiah, mengatakan bahwa pintu masuk ke Islamannya adalah fisika.
Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya” (QS. Al-An’am : 158).
Langganan:
Postingan (Atom)