Problema
keimanan sering dikaitkan dengan pemikiran dari individu tersebut, dimana
apabila pemikiran individu itu cenderung untuk melanggar maka keimanan pun akan
menurun sedangkan apabila pemikiran individu tersebut cenderung kepada ketaatan
maka keimanan pun akan bertambah. Seperti kisah yang terjadi pada Bani Israil,
kecenderungan kepada pelanggaran membuat mereka terlempar jauh dari kebenaran
dan ajaran agama yang haq. Peristiwa yang di simpan di dalam Al-Quran mengenai
kisah Raja Thalut melawan Raja Ja’lut merupakan bukti akan kebenaran isi
Al-Quran yang terjadi kepada Bani Israil sebagai bentuk teguran bagi umat Islam
agar senantiasa taat kepada Allah SWT. Selain itu, kisah tersebut memotivasi
para pejuang Islam agar tidak ragu dalam melawan kafir yang zalim dimana Allah
SWT akan selalu bersama mukmin dan menolong mereka ketika berperang sampai
mendapatkan kemenganan meskipun Allah SWT mencoba keimanan mereka sehingga
nyatalah mereka sebagai mukmin sejati. Itulah salah satu bukti yang Allah
berikan melalui wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah SAW, dimana sejarah
membuktikan ketika perang badar pun dapat dimenangkan mukmin meskipun mereka
berjumlah sedikit tetapi dengan keteguhan iman yang kuat mukmin mendapatkan
kemenangan dan Islam berjaya serta di segani olem kaum kafir. Kemenangan Mukmin
tidak terlepas dari perjuangan para Nabi dalam menegakkan agama dan tauhid.
Mereka berjuang sehingga Allah memuliakan mereka sebagai salah satu utusanNya.
Kezaliman Bani Israil akan terlihat dari kisah Raja Thalut, bagaimana mereka
terus menantang Allah swt padahal sudah datang bukti yang jelas kepada mereka
seperti kembali nya Tabut kepada mereka sendiri.
Wahb
bin Munabbih berkata : “Dahulu Bani Israil ketika ditinggal oleh Nabi Musa as,
masih mengikuti ajaran beliau. Akan tetapi beberapa masa kemudian mereka
berubah sehingga ada yang kembali menyembah berhala, Allah swt mengutus
beberapa Nabi untuk mengajak mereka kembali kepada tauhid dan ajaran agama
namun mereka saat itu malah semakin menyeleweng terhadap ajaran agama. Sehingga
Allah swt memberi mereka teguran yaitu di kuasakannya seorang Raja zalim yang
bernama Ja’lut atas mereka. Tiada seorang pun yang mampu melawan kekejian yang
dilakukan Raja Ja’lut.
Dahulu mereka mempunyai Kitab Taurat
dan Tabut tetapi karena mereka mengabaikan ajaran kitab tersebut makan Raja
Ja’lut merampas dari tangan mereka. Sedangkan hanya sedikit diantara mereka
yang menghafal isi dari kitab tersebut dan turunan Nabi dari Laawie pun telah
habis kecuali seorang wanita yang hamil yang dibiarkan hidup. Wanita tersebut
melahirkan keturunan laki-laki dan menjadi utusan Allah selanjutnya untuk
berdakwah kepada manusia agar kembali pada Tauhid.
Maka
diangkatlah Thalut sebagai Raja untuk melawan Raja Ja’lut tetapi problematika
keimanan pun terjadi yaitu beberapa tantangan Bani israil kepada Allah dan
utusanNya sehingga sebagian diantara mereka merupakan orang yang merugi karena
tidak taat pada perintah Allah. Hingga bukti kemenangan Thalut pada saat itu
tidak mampu memberi mereka pemahaman akan kebenaran ajaran agama Allah sampai
sekarang, semua bukti yang telah Allah swt berikan didustakan dan diingkari.
Dahulu Bani
Israil ketika ditinggal oleh Nabi Musa a.s. masih masih mengikuti jejak ajaran
Nabi Musa a.s. beberapa masa kemudian mereka berubah sehingga ada yang
menyembah berhala dan selalu timbul (bangkit) seorang Nabi di tengah-tengah
mereka yang tetap menganjurkan makruf dan mencegah dari mungkar, serta
mengembalikan mereka ke tuntunan Taurat, sampai mereka memuncak penyelewengan
mereka terhadap ajaran agama, sehingga Allah menguasakan di atas mereka musuh
Islam yang telah membunuh dan menawan sebagian besar dari mereka anak serta
menjajah negeri mereka, dan tiada seorang yang berusaha memberontak melawan
kekuasaan-kekuasaan raja yang zalim itu melainkan segera ditumpas habis.
Dahulunya
mereka memiliki kitab Taurat dan Tabut, tetapi karena mereka mengabaikan ajaran
Taurat itu akhirnya Taurat dan Tabut itu dirampas oleh raja yang kafir, turunan
Nabi telah habis dari turunan Laawie , kecuali seorang wanita yang sedang hamil
, wanita itu sambil berdo’a semoga Allah memberinya putra yang akan menjadi
seorang Nabi, maka Allah menerima do’anya dan wanita itu beranak lelaki yang
diberi nama Samu’il atau Syam’un. Ketika telah mencapai usianya diturunkan
wahyu kepadanya supaya berdakwah mengajak manusia kembali kepada Tauhid. Mereka
kepadanya supaya diangkat seorang raja yang dapat meminpin untuk perang melawan
raja yang zalim itu.
Dan
berkatalah Nabi, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat untuk kalian Thalut
sebagai raja “. Mereka berkata,”Bagaimana ia menjadi raja diatas kami, padahal
kami lebih berhak daripadanya, dan ia tidak kaya”.
4
Jawab Nabi,”Sesungguhnya Allah telah
memilihnya diatas kalian , dan Allah telah memberinya kelebihan dari kalian
dalam ilmu dan ketangkasan badan. Dan Allah memberikan kerajaan-Nya kepada
siapa yang dikehendaki-Nya , Dan Allah luas pemberiannya lagi mengetahui”.
Demikianlah
contoh tantangan Bani Israil terhadap nabinya, kemudian Allah berfirman bahwa
dia akan memberikan kekuasaan kerajaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Dan
berkatalah Nabi ,” Sesungguhnya tanda bukti kerajaan Thalut itu akan kembalinya
Tabut yang mengandung sakinah ketentraman dari Tuhan dan berisi sisa-sisa
peninggalan keluaraga Musa dan Harun, ia ia dibawa oleh malaikat. Sungguh yang
demikian itu sebagai bukti bagi kalian , jika kamu beriman”.
Sesungguhnya kejadian itu sebagai
bukti kebenaran kenabian dalam apa yang aku jelaskan kepadamu mengenai kerajaan
Thalut . Jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Ayat ini
memberitakan ketika raja Thalut keluar membawa tentaranya sebanyak delapan
puluh ribu. Dan memberitakan bahwa Allah akan menguji dengan sungai diantara
Ardun dan Palestina,
“Maka
ketika Thalut telah membawa tentaranya keluar ,ia berkata,”Sungguh Allah akan mengujimu dengan
sebuah sungai, maka siapa yang minum dari sungai itu bukan golonganku , dan
siapa yang tidak merasakan air itu dari golonganku, kecuali yang hanya menciduk
dengan tangannya satu kali “. Maka minumlah dari singai kecuali sedikit yang
tidak minum dari mereka. Dan ketika melewati tempat itu bersama orang-orang
beriman kepadanya , mereka berkata ,”Kami tidak bertenaga untuk melawan jalut (Guliat)
dan tentaranya sekarang ini “. Maka berkatalah orang yang yakin berhadapan
dengan Allah : Berapa banyak rombongan yg kecil(sedikit) dapat mengalahkan yg
banyak dengan izin Allah. Dan Allah tetap membantu orang yg sabar tabah hati”.
5
Al-bara’ bin
Aazib r.a. berkata,” Kami biasa membicarakan bahwa sahabat Nabi saw. Ketika
perang badar tiga ratus tiga belas sebanyak sahabat yg ikut menyebrangi sungai,
dan tiada menyebran bersamanya kecuali orang mukmin . ( R. Bukhari ). Keadaan kaum yg beriman
menghadapi musuh dari orang kafir tentara jalut yang merupakan bilangan yg jauh
lebih banyak, maka pertama yg harus di ingat oleh orang mukmin ialah : “Rabbana
afrigh alaina shabra, wa tsabbit aqdaa mana wanshurna alal kaumil kaafirin; “Ya
tuhan kami berilah kesabaran dan ketabahan kepada kami , dan tetapkan tepak
kaki kami dalam menghadapi musuh, yakni jangan sampai kami lari ketakutan dan
tolonglah kami , menangkan kami terhadap kaum yg kafir ”. Doa ini harus selalu
menjadi senjata yang ampuh bagi tiap mukmin dalam perjuangan nyam, hanya dengan
ingat kepada Allah itu lah yang dapat mencapai kemenangan dalam perjuangan.
Dalam riwayat I srailiyat : bahwa Nabi Daud telah
membunuh jalut dengan ketefil, yg di lemparkan kepada jalut sehingga terbunuh, dan
Raja Thalut telah berjanji siapa yang dapat membunuh Raja Jalut akan dinikahkan
dengan putrinya dan diberi setengah dari kerajaannya, kemudian setelah Nabi
Daud menduduki kerajaan, Allah swt menambah dengan kenabian. Inilah ayat-ayat
(Allah) kami ceritakan kepadamu sebenarnya, dan engkau termasuk Nabi Utusan
Allah.
“Rasul-Rasul itu telah kami lebihkan
sebagian mereka dari sebagian yang lain, diantara mereka ada yang langsung
berkata-kata dengan Allah, dan mengangkat sebagian mereka beberapa derajat, dan
kami telah memberi kepada isa putra Maryam bukti-bukti (Mukzijat) dan kami
kuatkan ia dengan ruh suci. Dan andaikan Allah berkehendak niscaya tidak akan
berperang orang-orang yang sesudah para Rasul itu setelah mereka menerima
keterangan dan bukti-bukti, tetapi mereka lalu berselisih, maka diantara mereka
ada yang beriman (percaya) dan ada juga yang kafir (ingkar), dan andaikan Allah
berkehendak pasti mereka takkan berperang tetapi Allah berbuat sekehendakNya.”
makasih mas, salam kenal.
BalasHapus