Sahabat Muslim yang dirahmati Allah.. ♥
Sahabat PCI ♥ PJL Inilah bentuk kekhawatiran kami,
Kami akan sedikit mengomentari dampak-dampak pemilihan buku dalam kehidupan se
hari-hari, dalam masalah agama mencari ilmu bukan sekedar di Majelis ta'lim saja tetapi melalui buku-buku, seorang muslim dapat menetukan pola pemikirannya...
1. Hati-hatilah terhadap Buku yang menjauhkan dari rahmat Allah.
Tahukah perbandingan haq dan bathil? Tentu itu hal yang bayyan atau sudah sangat jelas lalu bagaimana dengan yang samar? menganduk syak' ataupun syubhat? yang mengundang keraguan dalam pola pemikiran.
Tidak semua muslim merupakan pribadi-pribadi yang terbina karena ilmu, banyak sekali muslim yang buta akan agama kemudian dia bermaksud menggali ilmu melalui buku-buku agama, yang penting agama, buku fiqh yang tidak memilah memilih tanpa tahu akan mazhab yang dia akan ikuti, melakukan taqlid buta dengan mencampur baurkan yang penting ada ilmu.
"Ingatlah, tidak setiap ilmu mengantarkan kita kepada rahmat-Nya apabila ilmu yang kita cari adalah ilmu yang tidak berdasarkan Al-Quran dan Hadits serta asbab-asbabnya."
Sehingga banyak manusia-manusia intelektual yang terjebak oleh buku-bukunya, dahsyatnya sebuah buku dapat merubah pola pemikiran.
Orang yang berilmu pasti akan mengetahui mana yang akan dia pilih dan mana yang dia tinggalkan? Bukan kami menganggap manusia lemah berfikir tetapi kami menyadari bahwa kita umat Islam sedang berperang pemikiran melalui pemikiran islam yang berjalur berbeda-beda pendapatnya. Kemudian apakah sama orang yang buta dengan orang yang berilmu?
Maka dari itu jangan pernah heran apabila orang-orang yang hebat pola pemikirannya jauh lebih hebat argumennya itu tergantung seberapa banyak ilmu yang dia dapat, namun dalam membedakan suatu yang haq kerap kali kita nampak terbuai. Apalagi pola pemikiran anak-anak yang paling polos dapat berubah sesuai dengan input suatu pemikiran, maka dari itu perhatikan buku-buku anak-anak anda, agar mereka terjaga kualitas keimanan serta pemikiran islamnya.
2. Perlunya Guru yang membimbing
Maka mengapa dalam Islam dikatakan, "Ilmu tanpa guru berarti gurunya adalah syaitan."
Karena manusia mempunyai hawa nafsu, cenderung hawa nafsu membutakan akal. Akal kita akan menelaah suatu hal yang menarik, kemudian kita telaah baik-baik dengan ilmu yang kita miliki (beruntung bagi yang benar-benar berilmu) maka akan ada timbul pertanyaan-pertanyaan kadang diluar logika kita? sehingga tanpa guru seorang manusia akan menerka, berprasangka, dan berpendapat yang apabila menurut mereka baik maka baik, jika buruk maka buruk tanpa terdasari dasar pokok agama yaitu Al-Qur'an dan Hadits.
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) (QS. 6:116)”
Apabila kita mempunyai seorang guru yang membimbing, ketika timbul masalah pemikiran yang tidak berujung (diluar Logika) maka kita akan meminta pelurusan pemikiran dari guru yang membimbing kita.
"Ingat, perkara agama memang dipermudah karena Islam tidak menyulitkan, tetapi jika kita lihat perkara agama bukanlah hal yang sepele karena akan menentukan arah dan tujuan kita, dan menentukan kembali kita "Jannatu wannaar".
Coba kita telaah Imam Syafi'i, bagaimana beliau menelaah satu ilmu saja apakah kita mengira Imam syafi'i mengambil hal yang termudah dalam Islam?
"TIDAK, Imam As-syafi'i mencari ilmu dengan benar melalu Al-Quran dan Hadits yang tidak meragukan dengan mengambil keputusan melalu hal yang kritis dan berdasar."
Karena mengikuti prasangka dan terkaan akan membuat manusia buta, dan ingatlah ayat ini. Kita manusia mempunyai kelemahan dan sebuah keinginan,
“.. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.
(QS. al-Baqarah [2]: 216)
Wallahu'alam..
Kebenaran hanya milik Allah.
1. Hati-hatilah terhadap Buku yang menjauhkan dari rahmat Allah.
Tahukah perbandingan haq dan bathil? Tentu itu hal yang bayyan atau sudah sangat jelas lalu bagaimana dengan yang samar? menganduk syak' ataupun syubhat? yang mengundang keraguan dalam pola pemikiran.
Tidak semua muslim merupakan pribadi-pribadi yang terbina karena ilmu, banyak sekali muslim yang buta akan agama kemudian dia bermaksud menggali ilmu melalui buku-buku agama, yang penting agama, buku fiqh yang tidak memilah memilih tanpa tahu akan mazhab yang dia akan ikuti, melakukan taqlid buta dengan mencampur baurkan yang penting ada ilmu.
"Ingatlah, tidak setiap ilmu mengantarkan kita kepada rahmat-Nya apabila ilmu yang kita cari adalah ilmu yang tidak berdasarkan Al-Quran dan Hadits serta asbab-asbabnya."
Sehingga banyak manusia-manusia intelektual yang terjebak oleh buku-bukunya, dahsyatnya sebuah buku dapat merubah pola pemikiran.
Orang yang berilmu pasti akan mengetahui mana yang akan dia pilih dan mana yang dia tinggalkan? Bukan kami menganggap manusia lemah berfikir tetapi kami menyadari bahwa kita umat Islam sedang berperang pemikiran melalui pemikiran islam yang berjalur berbeda-beda pendapatnya. Kemudian apakah sama orang yang buta dengan orang yang berilmu?
Maka dari itu jangan pernah heran apabila orang-orang yang hebat pola pemikirannya jauh lebih hebat argumennya itu tergantung seberapa banyak ilmu yang dia dapat, namun dalam membedakan suatu yang haq kerap kali kita nampak terbuai. Apalagi pola pemikiran anak-anak yang paling polos dapat berubah sesuai dengan input suatu pemikiran, maka dari itu perhatikan buku-buku anak-anak anda, agar mereka terjaga kualitas keimanan serta pemikiran islamnya.
2. Perlunya Guru yang membimbing
Maka mengapa dalam Islam dikatakan, "Ilmu tanpa guru berarti gurunya adalah syaitan."
Karena manusia mempunyai hawa nafsu, cenderung hawa nafsu membutakan akal. Akal kita akan menelaah suatu hal yang menarik, kemudian kita telaah baik-baik dengan ilmu yang kita miliki (beruntung bagi yang benar-benar berilmu) maka akan ada timbul pertanyaan-pertanyaan kadang diluar logika kita? sehingga tanpa guru seorang manusia akan menerka, berprasangka, dan berpendapat yang apabila menurut mereka baik maka baik, jika buruk maka buruk tanpa terdasari dasar pokok agama yaitu Al-Qur'an dan Hadits.
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) (QS. 6:116)”
Apabila kita mempunyai seorang guru yang membimbing, ketika timbul masalah pemikiran yang tidak berujung (diluar Logika) maka kita akan meminta pelurusan pemikiran dari guru yang membimbing kita.
"Ingat, perkara agama memang dipermudah karena Islam tidak menyulitkan, tetapi jika kita lihat perkara agama bukanlah hal yang sepele karena akan menentukan arah dan tujuan kita, dan menentukan kembali kita "Jannatu wannaar".
Coba kita telaah Imam Syafi'i, bagaimana beliau menelaah satu ilmu saja apakah kita mengira Imam syafi'i mengambil hal yang termudah dalam Islam?
"TIDAK, Imam As-syafi'i mencari ilmu dengan benar melalu Al-Quran dan Hadits yang tidak meragukan dengan mengambil keputusan melalu hal yang kritis dan berdasar."
Karena mengikuti prasangka dan terkaan akan membuat manusia buta, dan ingatlah ayat ini. Kita manusia mempunyai kelemahan dan sebuah keinginan,
“.. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.
(QS. al-Baqarah [2]: 216)
Wallahu'alam..
Kebenaran hanya milik Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar