Judul : “Generasi Islam berkualitas
dimulai dengan wanitanya”
Contoh tantangan zaman bagi wanita
muslimah yaitu emansipasi merupakan fenomena yang sedang berlangsung dan
dijadikan trend oleh kalangan wanita yang mengaku sebagai wanita “zaman kini”
atau wanita “karier”. Emansipasi merupakan salah satu istilah persamaan hak
antara wanita dan laki-laki namun kali ini saya akan kemukakan fakta bobroknya
sistem Emansipasi yang dipakai wanita zaman kini.
Wanita merupakan tokoh penting yang
mengisi kehidupan dunia ini, peranan wanita pun kini semakin mendapat
antusiasme besar dikalangan politikus yang mengatasnamakan emansipasi. Yang
menjadi permasalahannya sudah layakkah emansipasi dilakukan oleh wanita sebagai
jalan untuk menghadapi tantangan zaman?
Kenyataan yang terjadi adalah
bobroknya kualitas wanita sebagai wanita, semakin terlihatnya pergeseran tugas
dari laki-laki bisa terlihat dari fakta yang menunjukkan bahwa contoh kecil di
daerah saya, banyak pabrik-pabrik yang beroperasi mempunyai hampir 90% tenaga
seorang wanita.
Semakin tingginya wanita pekerja
menunjukkan semakin rendahnya generasi yang berkualitas untuk umat islam.
Karena tugas wanita sebagai seorang ibu terbengkalai dikarenakan pekerjaan,
padahal contoh teladan terdekat yang akan dilihat seorang anak untuk pertama
kalinya adalah sosok ibunya. Dengan mengatasnamakan kewajiban bekerja, tuntutan
zaman dan kehidupan seorang wanita lebih tega meninggalkan anak yang
menbutuhkan didikan darinya. Ini merupakan hal yang sepele yang terlupakan oleh
wanita sebagai ibu. Akibat bekerja sang ibu tidak mampu memberikan asi yang
wajib dia berikan pada bayinya, akibat kerja pula sang ibu tidak mampu
mengawasi segala bentuk pergaulan anaknya, semua itu mengakibatkan tingginya
bayi yang rentan terkena penyakit, serta rendahnya tingkat moral pada anak.
Semua itu merupakan akibat bergesernya peran laki-laki di dunia kerja, padahal
laki-laki lebih mampu berperan dibandingkan wanita.
Bukan hal itu saja, dengan
bergesernya peran laki-laki akan membuat kecemburuan sosial dikalangan
masyarakat. Tingkat pengangguran yang tidak dapat di atasi Pemerintah adalah
karena dalam rumah tangga terdapat dua pekerja sekaligus. Lapangan Pekerjaan
sebenarnya banyak namun karena tingkat pekerja yang berlebihan menimbulkan
ketidak seimbangan. Bayangkan jika satu perusahaan hanya memperkerjakan
laki-laki, berapa banyak kepala keluarga yang mampu memberikan nafkah pada
keluarganya. Kemudian wanita hanya berperan sebagai pengelola rumah tangga,
maka kualitasnya hanya akan disalurkan kepada anaknya dirumah secara intensif.
Sekarang fakta terjadi adalah seorang suami pekerja dan istri pekerja dalam
satu keluarga, berapa jumlah pekerja yang ada di Indonesia dengan lapangan
pekerjaan seperti itu? Subhanallah, Luar biasanya kekeliruan yang terjadi
akibat sistem yang tidak tertata rapih.
Fakta lapangan yang menunjukkan
bahwa tingginya perceraian dalam rumah tangga adalah karena kurangnya
keharmonisan rumah tangga akibat istri yang lebih mampu usaha dibandingkan
laki-laki, ini semua telah menyalahi aturan agama dimana harta dijadikan peran
utama dalam mengatur rumah tangga. Karena istri yang sibuk sebagai wanita
karier banyak suami yang selingkuh karena istri tidak mempunyai banyak waktu
untuk sekedar bercengkrama dengan suami. Terlihat sekali bobroknya sistem ini
yang digembor-gemborkan banyak kalangan sebagai solusi terbaik, mungkin awal
baik tetapi berakhir dengan kehancuran.
Berkurangnya generasi yang beriman,
hal inilah yang paling membahayakan. Karena seorang ibu yang mempunyai karier,
peran baiti jannati tidak akan pernah sang anak lihat setiap waktu karena bagi
sang anak baiti jannati adalah ketika malam hanya sholat maghrib atau isya saja
mereka bisa melakukan sembahyang berjamaah. Akan ada pengaruh dari seorang ibu
yang dengan pengalamannya sebagai wanita karier diturunkan kepada anaknya tanpa
bekal pendidikan iman karena sang ibu pun tidak pernah ada waktu untuk mengaji
bersama sang anak. Fakta menunjukkan bahwa seorang ibu 20% saja mahir terhadap
pendidikan agama, 80% lainnya adalah ibu yang tidak mengerti agama dan biasanya
ibu ini selalu menyepelekan pendidikan ini kepada ahlinya atau hanya menitipkan
anaknya untuk mengaji di ustadz anu dll. Jikalau sang ibu saja sudah tidak mampu
mendidik rohani anaknya lalu sang anak akan bertanya “Ibu kenapa Allah tidak
bisa dilihat” karena sang ibu bukanlah santri atau ibu pengajian pasti akan
menjawab, “karena Allah ada di atas langit jadi dede mesti ke langit dulu”
tanpa mengemukakan teori sifat dan dzat Allah. Malahan ada yang tidak bisa
menjawab sama sekali, Masya Allah....Innalillahi...
Inilah fakta bobroknya sistem
pergeseran persamaan hak antara wanita dan laki-laki, bukan hanya secara fisik
saja berbeda, tapi secara psikologis dan mental juga.
Islam tidak mewajibkan wanita untuk
bekerja melainkan kepada laki-laki. Yang mempunyai tanggung jawab penuh
terhadap nafkah rumah tangga adalah laki-laki sebagai kepala rumah tangga. Ini
merupakan konsekuensi rumah tangga, karena jika laki-laki sudah mampu menikah
berarti dia telah mampu menanggung segalanya sebagai kepala keluarga kepada
Allah swt. Pemikiran laki-laki yang mempunyai istri berkarier pun harus
dirubah, pemikiran laki-laki yang tergolong lemah adalah yang menyatakan bahwa
istri bekerja merupakan hal yang baik karena bisa mendorong perekonomian
keluarga, bisa membantu mensejahterakan kebutuhan, dan lebih parah istri
seorang wanita karier adalah sebagai suatu kebanggaan karena mempunyai istri
yang “lemah perkasa”. Jarangnya laki-laki yang mempunyai pemikiran bahwa di
dalam islam laki-laki atau suamilah yang menafkahi istri bukan istri yang
menafkahi suami, Allah
berfirman, "Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita."
(An-Nisa: 34). Inilah gerbang kehancuran
umat karena umat tidak lagi mengagungkan aturan dalam Islam.
Semboyan seindah perhiasan dunia
adalah wanita sholehah, sebagaimana yang sering didengungkan bang haji Roma
Irama kini berubah seindah perhiasan dunia adalah istri yang banyak. Wanita
sholehah mungkin akan menjadi kata-kata utopia saja, karena wanita sekarang
dituntut menyalahi kodratnya sebagai wanita, wanita sekarang diajari untuk
hidup keras dibawah sistem kapitalis dan liberalis. Wanita sekarang dituntut
untuk mempunyai gengsi sosialis, bahkan keras merupakan gaya baru yang populer
dikalangan wanita tomboy sedangkan Allah menjadikan wanita sebagai makhluk yang
lemah dan lembut. Ketika berkurangnya sosok wanita sholehah yang tidak mengenal
aturan agama maka cita-cita rumah tangga telah rusak, sehingga banyak laki-laki
yang lebih memilih menikah lagi karena hal ini. Kemudian timbulah dendam dan
persengketaan yang jauh lebih luar biasa menjadikan faktor hancurnya budaya
islam dalam tatanan kehidupan. Dahsyatnya !
“Salah satu gerbang kehancuran umat
adalah berkurangnya peran wanita sebagai wanita” semboyan ini pantas dikatakan
untuk wanita zaman sekarang, kesalahan mengartikan emansipasi merupakan pokok
utama untuk meluruskan pemahaman wanita mengenai emansipasi itu sendiri.
Aturan agama mengenai wanita :
1.
Menundukan
pandangan kepada yang bukan muhrim
Dalilnya adalah
firman Allah swt:
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ
أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ
إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ ءَابَائِهِنَّ أَوْ ءَابَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوِ التَّابِعِينَ
غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا
عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ
مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya,
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera
mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka,
atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka
miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah
mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung.”[al-Nuur:31]
2.
Menutup
aurat
“Hadits yang
diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khuduriy, bahwasanya Nabi saw bersabda, “Aurat
laki-laki adalah antara pusat dan lutut. Sedangkan aurat wanita adalah seluruh badannya,
kecuali muka dan kedua telapak tangan.”
Atau, Aisyah ra
telah menceritakan, bahwa Asma binti Abu Bakar masuk ke ruangan wanita dengan
berpakaian tipis, maka Rasulullah saw. pun berpaling seraya berkata:
يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا
بَلَغَتْ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ
إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ
“Wahai Asma’ sesungguhnya perempuan itu jika telah baligh tidak
pantas menampakkan tubuhnya kecuali ini dan ini, sambil menunjuk telapak tangan
dan wajahnya.”[HR. Muslim]
3.
Menjaga
kehormatan (Farji)
4.
Taat
kepada kedua orangtua
5.
Taat
kepada Suami
Rasulullah saw.
bersabda,
"Seandainya
aku diperbolehkan untuk memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada selain
Allah, sungguh akan kuperintahkan wanita untuk bersujud kepada suaminya. Demi
Dzat Yang jiwa Muhammad ada di Tangan-Nya, tidaklah seorang wanita bisa
menunaikan hak-hak Allah sebelum ia menunaikan hak-hak suaminya seluruhnya,
sehingga seandainya suaminya meminta dirinya dan ia berada di atas pelana
kendaraan, ia tidak boleh menolaknya." (Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban).
6.
Hal
lainnya yang berkaitan hukum syariat
Emansipasi dapat dilakukan jika
syarat diatas telah terpenuhi, adapun diluar itu merupakan keadaan darurat
saja. Contoh istri tidak wajib bekerja karena suami menderita sakit
berkepanjangan Istri boleh bekerja. Inilah aturan Islam yang sesungguhnya,
dimana Islam mengetahui kodrat wanita, Allah mengetahui dan menempatkan wanita
sesuai dengan kekurangan dan kelebihannya. Inilah bentuk keadilan Islam
terhadap sosok wanita, inilah Islam yang telah memuliakan wanita. Bukan suatu
sistem yang memaksakan wanita sebagai kuli berat dan direndahkan martabatnya.
Aturan Agama mengenai peran wanita
di rumah tangga :
1.
Taat
kepada suami
2.
Mendidik
anak
3.
Mengelola
rumah tangga
4.
Menjaga
kehormatan keluarga
"Adapun
orang-orang shalihah, adalah qanitat (orang yang taat), dan hafizhat (orang yang
menjaga diri) saat suami tiada dengan sebab penjagaan Allah atasnya."
(An-Nisa: 34).
5.
Membina
keluarga menjadi keluarga sakinah, mawwadah, warohmah yang tentunya bertujuan
untuk beribadah kepada Allah swt.
Hal ini berhak dituntut oleh seorang
wanita sebelum menikah, karena menikah bukan hanya sekedar tempat menyalurkan
syahwat dan nafsu semata. Tetapi menikah mempunyai suatu komitmen yang jelas
dengan konsekuensinya, bukan hanya mengandalkan cinta tetapi menjadikan rumah
tangga sebagai ladang dunia dan akhirat.
Lunturnya budaya keislaman serta
pemahaman akan hal ini menjadi momok tersendiri yang harus segera diluruskan
oleh umat. Kecenderungan manusia yang hedonisme, individualis menjadi hal yang
berat bagi pencarian solusi terbaik. Islam telah mengatur sedemikian rupa namun
umatnya tidak tahu malahan buta mengenal aturan agamanya sendiri. Tragis dan
ironis melihat umat sekarang yang seperti ini, terbuai oleh angan-angan yang
sekedar utopia, terbuai janji-janji kaum penguasa, terbuai dengan keindahan dunia
semata. Semua mencari penyebab apakah yang menyebabkan bobroknya kualitas umat,
ternyata semua berawal dari seorang wanita yang perannya telah beralih menjadi
wanita sentengah perkasa, wanita yang berkurang perannya sebagai wanita, wanita
yang tidak disesuaikan kodratnya sebagai wanita. Pantaslah saya mengucapkan
Innalillahi wainnailaihi rojiuun.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar