Mari kita ulang surat Al-Fatihah yang berbunyi...
"Ihdinash shirothol mustaqiim" Tunjukilah kami jalan yang lurus..
tentunya sahabat sudah tidak asing malahan pasti terus menerus mengulan
g lafadz ayat tersebut setiap hari dalam sholat...
telah datang petunjuk yang nyata,
"Shirothol ladzina an'amta alaihim" (Yaitu) Jalan yang telah Engkau beri kenikmatan kepada mereka...
Mereka disini bukanlah yahudi dan nasroni tetapi petunjuk yang telah Rasulullah saw sampaikan, jalannya para Nabiyullah, jalan para shohabat, Jalan para syuhada yang berjihad fisabilillah, jalannya hamba-hamba yang sholihin yang sudah terbukti keshalihannya, diakui oleh orang-orang yang shiddiq atas keshalihannya.
Bukan berarti kita menunjukkan bahwa hamba yang shalih itu bukanlah yang sering membawa-bawa kitab, baju jubah-jubah, disini ditekankan hamba shalih yang hendak kalian ikuti jejaknya adalah mereka-mereka yang telah terjamin keshalihannya di akui oleh orang-orang yang shiddiq. Bukan berartipula menjadikan kita bersu'udzon terhadapnya karena sungguh tidak pantas kita mengatakan telah berilmu sedangkan kita tidak memuliakan orang-orang yang mau belajar istiqomah menjadi hamba Allah yang sholeh.
Perbuatan orang yang telah diberi kenikmatan juga perlu digaris bawahi,
Mereka para Nabiyullah tidak pernah melakukan kesyirikan dengan sesuatu apapun kepada Allah, tidak menukar kepercayaan dengan batu ali permata.
Mereka para Auliya sholihin tidak pernah mengadakan sesuatu perkara diluar Islam, tidak pernah mengatakan diri mereka suci, tidak pernah menyebut diri mereka ahli-ahli, malahan mereka hanya menyibukkan diri mereka dengan banyak sholat malam dan memohon ampunan setiap harinya, mereka bertaubat disiang dan malam karena takut apakah keputusan mereka akan menjadi bahan perdebatan umat.
Bagaimana Imam Asy-syafi'i dalam sholatnya terus memohon ampun dan menangis setiap waktu hanya karena beliau memfatwakan bahwa qunut harus digunakan dalam waktu shubuh sedangkan perkaranya adalah sunnah.
Bagaimana Imam Nawawi menguji kitab yang disusunnya di dalam air hanya karena ingin mengetahui apakah kitab yang disusunnya berguna untuk umat Islam.
Mana jalan lurus yang tidak disertai syubhat-syubhat, serta keragu-raguan yang berasal dari syetan itu?
Bukankah dijelaskan pula, siapakah mukmin itu?
Coba perhatikan, baca dan taddaburi Qs. Al-Baqoroh, Qs, Al-Ma'un, serta Qs Yasiin, disana ada beberapa keterangan mengenai mukmin..
Mereka yang melaksanakan sholat lima waktu, mereka yang berpuasa penuh di bulan ramadhan, mereka yang melaksanakan zakat, mereka yang mengasihani anak yatim, mereka yang percaya kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah swt, mereka yang percaya kepada hari kiamat..
Selebihnya perbanyaklah menggali ilmu, perbanyaklah mengingat mati, bertawadhulah agar semua ilmu yang diberikan bisa benar-benar meresap. karena sifat sombong itu akan mematahkan segala ilmu, jangan penah menganggap diri kita lebih pintar dibandingkan oranglain, kita sama-sama belajar, sama-sama saling megingatkan, sama-sama hamba dhoif yang butuh ilmu.
Oleh karena itu, turunkan harga kita sebagai pejabat, sebagai mahasiswa, sebagai tokoh, sebagai manusia yang bergelar, kita sama-sama manusia, tidak ada yang berbeda, yang membedakan adalah..
"Inna akromakum indallohi atqokum"
telah datang petunjuk yang nyata,
"Shirothol ladzina an'amta alaihim" (Yaitu) Jalan yang telah Engkau beri kenikmatan kepada mereka...
Mereka disini bukanlah yahudi dan nasroni tetapi petunjuk yang telah Rasulullah saw sampaikan, jalannya para Nabiyullah, jalan para shohabat, Jalan para syuhada yang berjihad fisabilillah, jalannya hamba-hamba yang sholihin yang sudah terbukti keshalihannya, diakui oleh orang-orang yang shiddiq atas keshalihannya.
Bukan berarti kita menunjukkan bahwa hamba yang shalih itu bukanlah yang sering membawa-bawa kitab, baju jubah-jubah, disini ditekankan hamba shalih yang hendak kalian ikuti jejaknya adalah mereka-mereka yang telah terjamin keshalihannya di akui oleh orang-orang yang shiddiq. Bukan berartipula menjadikan kita bersu'udzon terhadapnya karena sungguh tidak pantas kita mengatakan telah berilmu sedangkan kita tidak memuliakan orang-orang yang mau belajar istiqomah menjadi hamba Allah yang sholeh.
Perbuatan orang yang telah diberi kenikmatan juga perlu digaris bawahi,
Mereka para Nabiyullah tidak pernah melakukan kesyirikan dengan sesuatu apapun kepada Allah, tidak menukar kepercayaan dengan batu ali permata.
Mereka para Auliya sholihin tidak pernah mengadakan sesuatu perkara diluar Islam, tidak pernah mengatakan diri mereka suci, tidak pernah menyebut diri mereka ahli-ahli, malahan mereka hanya menyibukkan diri mereka dengan banyak sholat malam dan memohon ampunan setiap harinya, mereka bertaubat disiang dan malam karena takut apakah keputusan mereka akan menjadi bahan perdebatan umat.
Bagaimana Imam Asy-syafi'i dalam sholatnya terus memohon ampun dan menangis setiap waktu hanya karena beliau memfatwakan bahwa qunut harus digunakan dalam waktu shubuh sedangkan perkaranya adalah sunnah.
Bagaimana Imam Nawawi menguji kitab yang disusunnya di dalam air hanya karena ingin mengetahui apakah kitab yang disusunnya berguna untuk umat Islam.
Mana jalan lurus yang tidak disertai syubhat-syubhat, serta keragu-raguan yang berasal dari syetan itu?
Bukankah dijelaskan pula, siapakah mukmin itu?
Coba perhatikan, baca dan taddaburi Qs. Al-Baqoroh, Qs, Al-Ma'un, serta Qs Yasiin, disana ada beberapa keterangan mengenai mukmin..
Mereka yang melaksanakan sholat lima waktu, mereka yang berpuasa penuh di bulan ramadhan, mereka yang melaksanakan zakat, mereka yang mengasihani anak yatim, mereka yang percaya kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah swt, mereka yang percaya kepada hari kiamat..
Selebihnya perbanyaklah menggali ilmu, perbanyaklah mengingat mati, bertawadhulah agar semua ilmu yang diberikan bisa benar-benar meresap. karena sifat sombong itu akan mematahkan segala ilmu, jangan penah menganggap diri kita lebih pintar dibandingkan oranglain, kita sama-sama belajar, sama-sama saling megingatkan, sama-sama hamba dhoif yang butuh ilmu.
Oleh karena itu, turunkan harga kita sebagai pejabat, sebagai mahasiswa, sebagai tokoh, sebagai manusia yang bergelar, kita sama-sama manusia, tidak ada yang berbeda, yang membedakan adalah..
"Inna akromakum indallohi atqokum"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar