a dari awal kami menikah rasa benciku selalu menyulut sehingga wajar dalam waktu dua minggu dari hari pernikahan kami, aku dan istriku selalu ribut. Tentu saja seperti itu, karena kami menikah karena dijodohkan. Sebenarnya akupun menerima perjodohan itu tetapi istriku terlihat dari caranya melayaniku seperti hendak mengatakan, "AKU TERPAKSA MENIKAH DENGANMU!" tetapi yang dia lakukan hanya diam dan diam. Aku lelah melihat kelakuannya yang menganggapku tidak pernah ada, sehingga dalam kurun waktu dua minggu setelah menikah, aku sudah menggandeng wanita lain dikehidupanku. Dan aku jujur kepada istriku bahwa aku telah melakukan perselingkuhan, namun apa yang dikatakan istriku, "Silahkan..". Apakah wajar seorang istri mengatakan hal itu kepada suaminya, apa yang sebenarnya yang ada di otak istriku. Dari sana aku semakin mengetahui jikalau dia tidak pernah menganggapku sama sekali, aku merasa muak dan akan melakukan apapun sesuka hatiku hingga menyakitinya. Rasa benciku mengubah pandanganku terhadapnya, yang ada hanya keinginan untuk menyakitinya. Beberapa bulan kemudian, seorang wanita datang kerumahku dan bertemu dengan istriku, dia mengatakan telah hamil 3 bulan dan meminta pertanggung jawabanku, aku hanya diam melihat reaksi istriku tersebut. Anehnya, istriku merangkul wanita itu dan berkata, "Benarkah? Jika benar silahkan meminta pertanggung jawaban kepada suamiku..". Aku kaget mendengar perkataannya, kemudian aku hardik wanita yang mengaku telah aku hamili tersebut, "Aku tidak pernah melakukan apapun denganmu! Aku tidak pernah menghamilimu! Demi Allah aku tidak ridho jika gara-gara dirimu aku berpisah dengan istriku!"
Dan ternyata kebenaran terungkap, wanita itu pernah menjadi selingkuhanku namun hanya sekedar teman curhat tentang aku dan istriku. Rupanya dia sengaja memfitnahku karena menginginkan aku berpisah dengan istriku dan memilihnya menjadi pendamping hidupku.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, istriku tiba-tiba menelepon dengan menangis, "Mas...ceraikan aku...". kemudian di tutup langsung teleponnya, aku terdiam memikirkan kata-kata istriku.
Sesampainya aku heran, adiknya berkata bahwa istriku dilarikan ke rumah sakit karena pingsan. Aku segera bergegas mengendarai motorku menuju rumah sakit. Aku bertanya-tanya kepada mertuaku keadaannya, aku takut sekali jika istriku mengatakan hal yang tidak-tidak kepada kedua orantuanya tentang kelakuanku..
"Kamu suami yang baik, anakku beruntung mempunyai suami sepertimu.." Kata mertuaku membuat sekeliling rumah sakit menjadi hening seketika, karena batinku seolah tersengat oleh kata-kata mertuaku.
"Dia berkata ingin cerai darimu, karena dia mengatakan dia tidak bisa menjadi istri yang baik untukmu. Dia merasa banyak kekurangan untuk berada disampingmu, maafkan anakku..ibu selaku mertuamu sangat malu jika selama ini istrimu melakukan hal salah sehingga membuatmu marah..."
Adiknya berkata, "Maafkan kakakku mas, jangan ceraikan dia ya...aku tahu mas orang yang baik dan sholeh..karena kakak selalu bercerita tentang kebaikan mas..."
Air mataku mengalir, Astaghfirullah...Astaghfirullah...
Aku memohon ampun kepadaMu ya Rabb...
Ternyata selama ini istriku menutup aibku dari keluarganya, aku segera ingin menemuinya dan aku akan bersimpuh dihadapannya agar dia memaafkanku...
Aku lihat ruangan dimana istriku sedang terbaring, aku hampiri dia dan diapun segera bangkit karena melihatku..
"Maafkan aku mas, aku meneleponmu seperti itu karena sungguh aku tidak sanggup hidup seperti ini...aku tidak bisa membuatmu bahagia, aku tidak bisa menjadi istri yang baik, maafkan jika perjodohan kita membuat kebahagiaanmu hancur...dan aku sudah tidak sanggup memendam perasaanku seperti ini" Air matanya menetes, terlihat penyesalan dalam dirinya karena tidak bisa menjadi istri yang baik, apa aku yang tidak bisa menjadi suami yang baik?
Aku menghampirinya, bersimpuh dihadapannya agar dia memaafkanku dan tidak bercerai denganku, kesabarannya dalam menghadapi tingkah bodohku membuatku sadar..
"Ya Allah maafkanlah kekhilafanku kepada istriku, maafkanlah dosa-dosaku karena menganiaya istriku, Astaghfirullah..." Aku menangis dihadapannya, baru kali ini aku merasakan perasaan yang penuh haru..
Aku dan istriku tidak bercerai karena ternyata istriku sedang mengandung, aku berucap syukur Alhamdulillah kepada Allah swt karena telah menunjukkanku jalan yang lurus, kami meningkatkan iman dan takwa kami serta saling memaafkan atas kesalahan masing-masing karena keegoisan kami. Dan Alhamdulillah Allah memberikanku seorang istri yang taat beragama, sehingga kita bisa saling memberi ilmu...
Dan ternyata kebenaran terungkap, wanita itu pernah menjadi selingkuhanku namun hanya sekedar teman curhat tentang aku dan istriku. Rupanya dia sengaja memfitnahku karena menginginkan aku berpisah dengan istriku dan memilihnya menjadi pendamping hidupku.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, istriku tiba-tiba menelepon dengan menangis, "Mas...ceraikan aku...". kemudian di tutup langsung teleponnya, aku terdiam memikirkan kata-kata istriku.
Sesampainya aku heran, adiknya berkata bahwa istriku dilarikan ke rumah sakit karena pingsan. Aku segera bergegas mengendarai motorku menuju rumah sakit. Aku bertanya-tanya kepada mertuaku keadaannya, aku takut sekali jika istriku mengatakan hal yang tidak-tidak kepada kedua orantuanya tentang kelakuanku..
"Kamu suami yang baik, anakku beruntung mempunyai suami sepertimu.." Kata mertuaku membuat sekeliling rumah sakit menjadi hening seketika, karena batinku seolah tersengat oleh kata-kata mertuaku.
"Dia berkata ingin cerai darimu, karena dia mengatakan dia tidak bisa menjadi istri yang baik untukmu. Dia merasa banyak kekurangan untuk berada disampingmu, maafkan anakku..ibu selaku mertuamu sangat malu jika selama ini istrimu melakukan hal salah sehingga membuatmu marah..."
Adiknya berkata, "Maafkan kakakku mas, jangan ceraikan dia ya...aku tahu mas orang yang baik dan sholeh..karena kakak selalu bercerita tentang kebaikan mas..."
Air mataku mengalir, Astaghfirullah...Astaghfirullah...
Aku memohon ampun kepadaMu ya Rabb...
Ternyata selama ini istriku menutup aibku dari keluarganya, aku segera ingin menemuinya dan aku akan bersimpuh dihadapannya agar dia memaafkanku...
Aku lihat ruangan dimana istriku sedang terbaring, aku hampiri dia dan diapun segera bangkit karena melihatku..
"Maafkan aku mas, aku meneleponmu seperti itu karena sungguh aku tidak sanggup hidup seperti ini...aku tidak bisa membuatmu bahagia, aku tidak bisa menjadi istri yang baik, maafkan jika perjodohan kita membuat kebahagiaanmu hancur...dan aku sudah tidak sanggup memendam perasaanku seperti ini" Air matanya menetes, terlihat penyesalan dalam dirinya karena tidak bisa menjadi istri yang baik, apa aku yang tidak bisa menjadi suami yang baik?
Aku menghampirinya, bersimpuh dihadapannya agar dia memaafkanku dan tidak bercerai denganku, kesabarannya dalam menghadapi tingkah bodohku membuatku sadar..
"Ya Allah maafkanlah kekhilafanku kepada istriku, maafkanlah dosa-dosaku karena menganiaya istriku, Astaghfirullah..." Aku menangis dihadapannya, baru kali ini aku merasakan perasaan yang penuh haru..
Aku dan istriku tidak bercerai karena ternyata istriku sedang mengandung, aku berucap syukur Alhamdulillah kepada Allah swt karena telah menunjukkanku jalan yang lurus, kami meningkatkan iman dan takwa kami serta saling memaafkan atas kesalahan masing-masing karena keegoisan kami. Dan Alhamdulillah Allah memberikanku seorang istri yang taat beragama, sehingga kita bisa saling memberi ilmu...
izin share di islamsiana.com
BalasHapusBagus, sungguh sangat menyentuh hati.
BalasHapus