♥ Salam Ukhuwah Islamiyah ♥

♥ Salam Ukhuwah Islamiyah ♥♥ Salam Ukhuwah Islamiyah ♥♥ Salam Ukhuwah Islamiyah ♥♥ Salam Ukhuwah Islamiyah ♥

Senin, 24 September 2012

Fenomena Takut Menikah

~ Fenomena Takut Menikah ~

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

“Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk kawin, maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjag

a kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya” (HR. Bukhori-Muslim)

Sahabat tentu sudah mengetahui syarat wajib untuk menikah, syarat sah untuk menikah sampai hukum-hukum menikah. Atau meminta penjelasan dari guru-guru, ustadz maupun buku agama yang terpercaya.
Yang Kita bahas adalah Fenomena Penghalang menikah yang Utama yang dirasakan akhwah fillah dan ikhwah fillah di zaman sekarang. Faktor tersebut :

1. Internal
=>> Sibuk Menilai diri Pribadi
Faktor Pribadi, dalam Islam semua tergantung niat, niat berhubungan dengan dir secara zahir maupun batin. Sehingga banyak sekali kendala yang terjadi di kalangan kaum remaja yang merasa minder, kurang Percaya diri, atau jelasnya sibuk menilai-nilai diri pribadi. Mau menikah saja berfikir lama padahal sudah mampu, ini adalah intuisi manusia, sugesti manusia yang terlalu sibuk menerka-nerka dan berprasangka. Padahal menikah adalah ibadah, jika telah cocok dan yakin maka tunggu apalagi?
=>> Masalah Karier

“Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka” (Al Hadits)

"Belum bekerja, Belum mampu jadi pengusaha jangan menikah, mau makan apa istri dan anak-anakmu?". Hal seperti ini tidak aneh di telinga kita, banyak yang mementingkan karier, syukur-syukur melaksanakan karier yang tidak melupakan ketaatan kepada Allah. Tetapi Hal itu jarang kita temukan, fakta di lapangan kebanyakan adalah yang melanggar, mau berkarier tetapi melupakan ketaatan kepada Allah. Malah Berzina, bermaksiat dengan dalil belum siap menikah. Nah disini Ikhwah dan akhwah di jatuhkan dua pilihan.
Pertama>> Silahkan menikah, kemudian berusaha mengais rezeki dari mulai titik nol daripada terjerumus pada jurang zina.
Kedua>> Silahkan tidak menikah, kemudian terus berkarier hingga siap tetapi jangan pernah dekati zina.

“Janganlah kalian mendekati zina, karena zina itu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk” (Al-Isra 32

2. Eksternal
Inilah yang kebanyakan membuat kaum muda-mudi Muslim banyak yang mengundurkan niatnya,

=>> Orangtua

“Jika datang (melamar) kepadamu orang yang engkau senangi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan putrimu). Jika kamu tidak menerima (lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan kerusakan yang luas” (H.R. At-Turmidzi)

Tidak dipungkiri zaman sekarang sangat bergantung pada kekuatan materi, sehingga banyak orangtua yang mengatur anaknya dengan dalih "Ingin yang terbaik" sehingga tidak sedikit zaman sekarang banyak anak-anak yang lebih condong ke jalur berzina karena orangtua mereka lebih mementingkan materi. Betapa hebatnya Umat Islam yang pemikirannya tersulap oleh materi, kami tahu jika uang adalah hal pokok finansial yang sangat penting. Janganlah menjadi orangtua yang buta terhadap agama dan membiarkan anak memasuki jurang zina karena belum cukup finansial, atau dalih dengan nama proses jelasnya adalah "PACARAN", jangan menjadi orangtua yang menghalang-halangi anak untuk berumah tangga, Ingatlah peringatan Allah yang sangat pedih terhadap tanggung jawab sebagai orangtua yang lebih rela anaknya mendekati zina dibandingkan menikah. Rezeki sudah ada yang mengatur, jika kita ditakdirkan Allah menjadi orang kaya maka tidak dapat direbut oleh oranglain haqnya meskipun dikatakan kita menikah dengan awal yang pas-pasan, sedangkan jika takdir Allah berkata kita mempunyai rezeki hanya secukupnya/miskin menikah dengan konglomerat, anak pejabat, kita akan tetap berjalur pada takdir-Nya.

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.” (An Nuur 32)

Maka dari itu, berdo'alah, mintalah kepada-Nya yang terbaik untuk urusan dunia dan akhirat kita. Aamiin

=>> Sibuk menilai-nilai pasangan
Sholeh tidak ya? Baik tidak ya? Bisa tajwid tidak ya? Pinter tidak ya? Ngajinya Ok tidak ya? cantik tidak ya? Tampan tidak ya?
Memang diharuskan memilih pasangan yang lebih baik agamanya, tetapi nilailah lebih dahulu diri pribadi kita, sudahkah kita lebih dahulu mensholehkan diri kita?

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)” (An-Nur 26)

Kalau sudah maka jika telah cocok dalam masalah agamanya nikahilah, timbulnya rasa ragu terhadap pasangan karena syetan, kita terlalu cepat menilai seseorang itu karena satu kesalahan yang terburu-buru, padahal Manusia adalah tempatnya salah dan khilaf dan tidak ada manusia yang sempurna suci lahir dan bathinnya terkecuali mereka yang telah berlaku zuhud, wara dan menundukkan pandangannya.

=>> Berkurangnya wanita sholehah

“Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang paling ringan maharnya” (HR. Ahmad, Al Hakim, Al Baihaqi dengan sanad yang shahih)

"Tidak ada alasan mengenai pelaku zina dan perbuatannya untuk di sanksikan dosa dan hukumnya".
Jika Salah katakan tidak perlu menghujjah yang hukum yang kuat dengan dalil lain "Tuhan kami sesungguhnya Engkaulah yang Maha Benar telah diperintahkan kepada kami untuk tidak sekali-kali mendekati zina tetapi kamilah yang telah berlaku zalim terhadap diri kami dan kami tiada mengembalikan alasan terhadap perilaku kami dengan mengatas namakan dalil-dalil-Mu, Sesungguhnya Engkau-lah Maha Pengampun atas dosa kami."

Harus menjadi Perhatian kita bersama, Tokoh agama maupun pemerintah untuk memperbaiki kesalahan sistem, bukan menyebar-nyebarkan ikaln kondom. Astaghfirullah. Ini adalah hal yang harus segera dilakukan pengkajian ulang agar umat Islam terhindar dari perilaku yang semakin jauh dari agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar